Sabtu, 02 November 2013

REMAJA DENGAN AUTISME
Ketika anak-anak autisme semakin BESAR 
OLEH : Agus Tri Haryanto – Wila Kertia.

Problem sekolah mungkin selesai tapi problem lain masih ada! 
Inilah yang sudah kita lewati :
• Rutinitas ke tempat terapi
• Menangani tantrum
• Menegakkan peraturan
• Membantu Pekerjaan Rumah
• Berbagai pengobatan biomedis
Jadi sekarang apa masalahnya ? Masih ada beberapa :
• Stagnansi (tidak ada kemajuan)
• Depresi tingkat rendah
• Obsessive Compulsive (terobsesi dengan satu hal terus menerus)
• Overweight (kelebihan berat badan)
• Kekakuan motorik atau sebaliknya lemas seperti karet

Ada yang tidak bisa ditutupi. Apakah itu ?
Problem pergaulan. Secara fisik memang sudah remaja, tetapi usia mental tetap saja seperti anak-anak. Kelemahan persepsi sosial mengakibatkan anak-anak terlihat menggebu-gebu dalam bertindak dan berpikir, sehingga akhirnya malah reaksi-reaksinya yang begitu menonjol. Hal ini membuat remaja autis ini tersingkir dan akhirnya kesepian.
8 cara untuk membantunya :
1. Mendorong perawatan diri agar tetap sehat dan bersih (healthy dan hygiene).
2. Berperilaku sopan.
3. Cara memberi peringatan tidak seperti kepada anak-anak lagi, melainkan lembut tetapi tegas.
4. Yang kurang kompeten bergaul, ikutkan dengan kelompok kecil (club) sesuai hobi dan minatnya.
5. Petunjuk-petunjuk khusus antara orang tua dan anak masih boleh dipakai
6. Tidak ada anak usia belasan tahun yang buta tentang SEX. Tangani dengan cara memberi informasi secara benar.
7. Ajarkan pertemanan atau berkencan dengan benar dan nyaman.
8. Sampaikan ide bahwa tidak semua keinginan harus didapat. Berikan cara berpikir kreatif untuk mencari cara lain.
Tambahkan dengan olah raga secara TERATUR, seperti : bersepeda, renang, badminton, fitness dll.

Pertanyaan Agustus 2013

Usia remaja adalah usia anak mengalami pubertas dimana pada diri mereka sudah mulai memunculkan beberapa perubahan terhadap tubuhnya mulai dari tumbuhnya rambut, suara yang berubah, hingga sampai pada hal-hal yang berhubungan dengan seksual misalnya : MIMPI BASAH, dan Ereksi. Namun pada remaja autis sangat berpengaruh besar akan perubahan-perubahan ini. Tanda-tanda yang mengawali adalah anak suka memegang alat kelaminnya sendiri.
Faktor hormonal membuat anak-anak autis sulit memahami perubahan perilaku seksualnya. Mereka tidak mengerti ketika bentuk badannya berubah, tumbuh rambut, mimpi basah. Perubahan bisa membuat anak mengamuk, bad mood sehingga uring-uringan dam bisa juga tantrum. Ketidakpahaman didukung pendidikan seks yang minim membuat perilaku anak menjadi masalah.
 Disini sangat perlu untuk pembekalan diri di dalam memberikan pendidikan seksual bagi ramaja autis kita, untuk mengurangi keinginan bermasturbasi, (pada remaja laki-laki)  karena saat anak sudah mulai nyaman dengan memegang alat kelaminnya, maka di sana terdapat sensasi tersendiri dan bahkan anak akan selalu mencari kenyamanan tersebut dengan bermasturbasi.
 Bagaimana menerangkan tentang bermasturbasi pada remaja laki-laki….
1.      1. Tugas seorang ayah untuk mendampingi anak remajanya laki-lakinya bertumbuh
2.      2. Mengenalkan seluruh anggota tubuh kembali dan perubahan-perubahan yang terjadi (bersama ayah di kamar mandi)
3.      3. Bantu dengan visualisasi Proses bermasturbasi
4.      4. Menjelaskan fungsi Penis (Visualisasikan-Konsistensi) dan juga larangannya
a.       Misalkan dilarang menyentuh penis kecuali saat sedang mandi atau pipis
b.      Yang boleh menyentuh adalah dokter bila sedang terasa sakit atau saat pemeriksaan.
c.       Jangan pegang Penis terlalu lama, bisa iritasi (visulisasikan) –bisa dengan foto atau dengan gambar)
d.      Jangan memegang Penis di tempat umum, Malu/orang akan melihat aneh
e.       Memberitahu anak agar menjaga kebersihan daerah pribadi, mengapa? Karena salah satu penyebab terjadinya masturbasi adalah ketika daerah pribadi dirasa gatal atau tidak nyaman.
apakah diperbolehkan untuk bermasturbasi ?
Kembali pada norma agama dan norma yang ada di masyarakat (bahwasannya hal tersebut masuk dalam rambu-rambu larangan)…Juga pada ketentuan dari tiap keluarga. Ada yang diperbolehkan dan ada yang tidak diperbolehkan. Namun ada beberapa yang harus kita pahami adalah :
·                     Saat anak ketangkap basah ber-Masturbasi, kalau memang perlu melakukan hal itu lakukanlah secara pribadi, terkunci dan jangan sampai dilihat oleh orang lain. Jadi tetap dilakukan pribadi dan ada aturan2/rambu2nya, setelah itu beri rambu-rambu kembali. TIDAK BOLEH
·                     Pernah dengar ada sehari 4 kali…Bagaimana biar tidak ketagihan? Andai itu diberikan lampu hijau atau diijinkan. itu karena kurangnya kegiatan di rumah, baik kegiatan fisik, dll.
·                     Beri kegiatan dan aktivitas pada anak. kurangnya kegiatan membuat anak jadi bosan dan hasrat itu timbul lebih natural. Jadi Memang harus ada kegiatan dan rambu2 tetap dipasang.
·                     Melarang anak melakukan Vulgar. Dan tetap menyampaikan TIDAK BOLEH. Kita mau jelaskan Panjang lebar mengapa tidak Boleh kepada anak juga kurang memungkinkan karena bahasa itu tidak tercerna. Dan yang penting anak tahu bahwa itu tidak boleh. Jadi dari awal secara Konseptual katakan “TIDAK”, kita tetap kembali ke Indonesia, apalagi kita berbicara secara agama itu sebetulnya TIDAK BOLEH. Orang tua harus hati2…secara teoritis boleh, tetapi di kamar..nah maka anak akan menangkap Boleh tetapi di kamar. Kalau tidak ya tidak, dan anak harus segera masuk kamar mandi tetapi bukan untuk melanjutkan tetapi untuk bersih diri. Ketegasan dan ekspresi Marah juga terkadang diperlukan oleh anak, Juga Konsistensi. Ingat bahasa anak2 susah mencerna dan harus benar2 bijak dalam memberikan pemahaman.

Pertanyaan Nov 2013

Pertanyaan :
Anak saya usia 10 tahun Down Syndrome tapi dalam hal komunikasi belum 2 arah, apa yang harus saya lakukan untuk melatih anak saya agar dapat berkomunikasi dan dapat madiri sendiri, dan bagaimana caranya untuk mengetahui bakat minat anak saya?
Jawaban :
 1. Sindrom down adalah suatu kondisi keterbelakangan perkembangan fisik dan mental anak yang diakibatkan adanya abnormalitas perkembangan kromosom. Down syndrom secara keseluruhannya mengalami keterbelakangan perkembangan dan kelemahan akal. Hambatannya adalah memiliki masalah lambat dalam semua aspek perkembangan yaitu Perkembangan motor kasar mereka lambat disebabkan otot-otot yang lembek tetapi mereka akhirnya berhasil  melakukan hampir semua pergerakan kasar bila diberi treatment, lambat untuk berjalan, perkembangan motor halus dan dan juga motorik oral yang termasuk di dalamnya bicara dan berkomunikasi.
2. Bagaimana melatih anak berkomunikasi ?
Ada beberapa hal yang perlu kita perhatikan di dalam melatih anak untuk berkomunikasi :
     A. Perilaku anak sudah cukub baik untuk siap belajar berkomunikasi.   Bahwa anak sudah cukup patuh dan juga melakukan kontak mata dengan baik. Mulai mengajarkan perilaku dasar, pemahaman, labeling, spontanitas hingga komunikasi.

PRASYARAT UNTUK MEMULAI BELAJAR BERBAHASA

Anak harus belajar banyak bahasa perilaku sebelum memulai berbicara. Perilaku – perilaku tersebut dibagi dalam:

1.      Kemampuan Dasar: meliputi mengajar anak untuk MELIHAT (Kontak mata), MENDENGAR dan MENIRUKAN (Mengcopy). Anak dikatakan  sudah dapat melakukan hal tsb, kalau dia mulai dapat mengerti apa yang dia dengar dan lihat, serta melakukannya , maka anak telah mengalami perkembangan bahasa reseptif.

2.      Dapat mengeluarkan suara-suara atau kata.


3.      Bahasa Reseptif: dapat melakukan beberapa jumlah ketrampilan yang berbeda.

Memahami bahasa dan memperhatikan , mis,menghentikan  aktifitas untuk melihat pada orang yang berbicara.

Mendengar, mis, menyadari bahwa apabila ada suara ketukan pintu ,ada seseorang yang ingin masuk.

Mengerti nama-nama orang,tempat dan benda-benda.

Dapat mengingat dan mengikuti perintah.

Ingatlah…………
Jangan menganggap anak mengerti semua yang dikatakan padanya.Walaupun jika, kelihatannya anak mengerti,  
mungkin saja dia menggunakan petunjuk-petunjuk lain (seperti ,isyarat tunjuk,nada suara, atau pandangan mata
yang menunjukkan apa yang anda maksud).

Komponen dari Bahasa Reseptif

Perhatian dan kerjasama

  1. Kontak mata : Imbalan adalah hal yang sangat penting untuk mengembangkan kontak mata.

    • Sebelum memasukkan aktifitas – aktifitas lain dalam kntak mata.Ambil tangan anak dan goyang .katakan padanya untuk melihat.Putarkan wajahnya menghadap ke anda.Puji dan beri imbalan ketika dia membuat kontak mata “Bagus!”.

    • Memasukkan kontak mata sebelum meminta anak melakukan berbagai aktifitas, mis, “Kamu mau bola? Lihat saya dulu. Lihat, ……Bagus. Bola! Ini buat kamu.”

    • Puppets, jack-in-the-box, mainan lain yang menarik . cari perhatian anak Goyang-goyangkan di depan anak. Puji dia untuk kontak mata.

    • Secara Visual – mendorong mobil – mobilan, menendang bola, memindahkan benda – benda yang disukai anak- bombing dia untuk melihat ketika benda bergerak.

  1. Kontrol Perilaku : Ketika berjanji dengan seorang anak yang tidak dapat berbicara dan tidak dapat mengerti , hal yang penting untuk memberi batas waktu sehingga anda dapat bereaksi pada saat itu untuk memberikan reward atau tidak memberi imbalan.

Salah satu teknik dalam mengatasi perilaku yang sulit adalah mengabaikan anak dan hanya memperhatikan dia ketika dia berhenti melakukan hal – hal yang diharapkan anda mencegahnya. Berilah dia reward berupa perhatian dan ketertarikan anda. Pengabaian tidak akan berguna apabila dilakukan tanpa reward.

Masing –masing anak mempunyai prosedur yang spesifik untuk ditangani secara tepat. Apapun prosedur itu di haruskan konsisten.

Perhatian

  • Permainan “Mulai”-  Ketika saya katakana “Mulai”
Ø  Letakkan sebuah bentuk di dalam sebuah kotak
Ø  Memarkir mobil
Ø  Perlahan – lahan tunda waktu ketika “mulai” dikatakan sehingga mempanjang kemampuan mendengar anak.

“ Suara apa tadi yang berbunyi ?” – Detak lonceng, derap kaki, bunyi bel , dll.

Item – item yang dapat mengeluarkan suara – kantongan plastic , mainan trompet ( berikan dua atau tiga iem saat itu ).Anak memilih objek yang dapat menghasilkan suara.

  • “ Dimana suara itu?” Pindah sumber suara ke bagian lain dari ruangan yang dapat di jangkau pendengaran anak .
  • Gunakan drums, cymbal, garpu dan gelas, dll …Bimbing anak untuk mengcopy urutan suara –suara atau sejumlah ada dari suatu subjek.

Pengertian

Melalui berbagai pengalaman dengan seseorang , anak belajar hubungan yang spesifik atau nama-nama objek , gerakan dan kejadian –kejadian sebagai interaksi.

§  Berbicara pada anak haruslah yang jelas , gunakan bahasa yang sederhana , pendek untuk menggambarkan gerakan seperti apa yang anda lakukan bersama anak. Mis, Rutinitas mandi sehari –hari – “ Waktunya mandi”, “Air”,”Sedang mandi”,” Gosok sabun “. Minta anak menggosok beberapa bagian tubuh yang berbeda. Bimbing anak .Setiap aktifitas yang dilakukan diberi nama, hal ini akan membantu.
§  Konsisten – gunakan kata-kata yang sama untuk orang , tempat dan benda – benda.
§  Label setiap objek yang diminta anak.
§  Tambahkan instruksi verbal anda dengan isyarat tubuh , maka anak akan lebih mudah untuk mengerti perkataan anda.

Minta anak untuk mengambil objek dari beberapa macam objek(2 sampai 3).

Minta anak untuk mengambil benda – benda ini, sepatunya , dll

Bermain “ ……..”
§  Berjalan
§  Berlari
§  Melompat
§  Tidur
§  Minum
§  Makan, dll

Berbicara

Ingatlah bahwa anak harus mempelajari dulu beberapa ketrampilan sebelum dia dapat memulai berbicara tentang apa yang dia lihat dan dengar. Di bawah ini adalah beberapa ide yang dapat di pakai untuk mengembangkan bahasa ekpresif tapi tidak terlalu banyak pemaksaan pada anak untuk berbicara. Hal ini dilakukan bila waktunya sudah tepat.

  • Bimbing anak untuk mengcopy suara anda selama bermain (mis, suara mobil, suara binatang , “sst (diam)”, desis ular)
  • Bermain menemukan benda-benda.
Masukkan 6 sampai 10 objek ke dalam tas yang mudah untuk mengeluarkan benda dan secara teratur bermainlah dengan permainan  “ menemukan “ labellah nama benda – benda tersebut.
  • Gunakan kesempatan sehari –hari untuk memodel suara – suara untuk meminta sebuah objek yang disukai. Mis, Kamu mau apa? ( gunakan bahasa yang sederhana)Bola?sini.Bola. Katakan “Bola”.
  • Bimbing anak untuk menggunakan kata –kata seperti “sudah” ketika sebuah objek selesai, dan “lagi” jika anak minta untuk meminta ulang sebuah kejadian/objek.

Beberapa ide ini hanyalah sebagai petunjuk bagaimana mengembangkan komunikasi anak.


REWARD
  • Jangan di obral
  • Tingkatkan level reward

JEDAH
  • Jangan terlalu lama atau sebaliknya (+ 5 detik) ini untuk di kelas formal
  • Fleksibel, sesuai kesepakatan terapis untuk diluas kelas (interaksi dengan orang lain)

     B. Ciptakan komunikasi dasar dengan spontanitas.
  
MENCIPTAKAN KOMUNIKASI

Objectif
1.            Meningkatkan keinginan anak untuk berkomunikasi
2.            Membuat komunikasi menyenangkan.
3.            menciptakan kekuatan dari komunikasi .
4.            Meningkatkan spontanitas penggunaan bahasa.
5.            Mengajarkan bicara yang tepat sesuai dengan keadaan.

Prosedur
Program ini untuk anak yang sudah mempunyai kemampuan untuk menggunakan kata-kata sederhana sebagai ekspresi keinginannya mendekati benar.Artikulasi tidak perlu tepat, tapi anda dapat membedakan variasi kata-kata yang anak ucapkan. Untuk anak yang bicaranya belum berkembang ke level ini,lebih baik buatkan program memilih dan komunikasi fungsional.
Aturlah situasi yang dapat memudahkan untuk anak membuat suatu permintaan.Prompt jika perlu dengan nonverbal (mis, mendekat ke muka anak atau melihat padanya dengan penuh harap). Kemudian kalau anak belum mengerti juga berikan sedikit prompt verbal,seperti “Saya mau …………” Jangan memberikan pertanyaan seperti “Kamu mau apa?” Jangan menanyakan pertanyaan apa yang dia inginkan. Berilah reaksi yang alami untuk memberi kesempatan anak mengemukakan keinginanya.

Prompt
Mulai dengan prompt penuh. Kurangi prompt menjadi body languge prompt.

Misalnya
1.                  Makanlah makanan yang sangat disukai atau main mainan yang disenangi di depan anak tanpa menawarkan              
            kepadanya.

§     Playdoh
§     Kue
§     Aktivitas

            Berikan sepotong kecil ketika dia meminta untuk memudahkan anak mengulang kembali hal tersebut.

2.         Berikan makanan yang tidak disukai atau sebuah karton pudding (agar anak protes)

3.         Nyalakan mainan kipas; matikan dan berikan pada anak.

4.         Buka botol bubbles,tiup bubbles , kemudian tutup botolnya dan berikan botol yang tertutup padanya.

5.         Katakan pada anak bahwa tugasnya sudah selesai, tapi jangan biarkan dia berdiri sampai dia mengatakan             “saya mau pergi”.

6.         Aturlah sebuah permainan , sembunyikan satu bagian penting (mis,dadu,dll), dan katakana “ayo main”.

7.         Buatlah sebuah social game (mis, melempar anak ke udara, menggelitik, dll) sampai anak kelihatan             menikmati, hentikan permainan dan tunggu.

8.         Tiup sebuah balon dan perlahan-lahan dikempiskan. Berikan balon kempes pada anak atau dekatkan balon             yang kemps itu ke mulut anda dan tunggu.
9.         Mulailah bersama-sama memasukkan puzzle. Setelah anakmemasukkan potongan-potongan puzzle berikan             dia sepotong yang tidak cocok.

10.       Pilihlah sebuah objek yang anak suka atau sebuah mainan yang mengeluarkan suara dan masukkan ke dalam             kotak dan tunggu.

11.       Aturlah anak untuk melukis ( mis, siapkan kertas cat dan kuas ,dll) dan berikan keanak tanpa memberikan air.

12.       Katakan pada anak dia boleh bermain keluar , tapi biarkan pintu terkunci.

13.       Ketika anak kelihatannya mau minum,berikan dia gelas kosong.

14.       Siapkan makanan tanpa sendok.

15.       Ajak anak mandi tapi di kamar mandi tidak ada air.

16.       Pegang sebuah buku dan lihat bersama tapi bukunya di balik.

17.       Letakkan mainan yang biasanya dipakai, letakkan ditempat yang salah.

18.       Nyanyikan lagu yang disukai dan berhenti sampai anak melengkapi sebuah kata baru kemudian dilanjutkan             nyanyinya.

19.       Jika anak ingin diangkat, pegang tangannya tapi jangan mengangkat dia sampai dia mengatakan “angkat” atau     yang mendekati kata itu.

20.       Letakkan anak di ayunan . Dorong sedikit .Kemudian pegang ayunan tunggu sampai anak mengatakan             “dorong” atau kata-kata yang hampir sama.


     C. Melatih Kemandirian
  Ajarkan untuk memulai segala kegitan anak dengan melakukan sendiri sesuai dengan kemampuan. latih mulai dari makan sendiri...memegang sendok sendiri dan menyuapkan ke dalam mulut sendiri, tentunya dengan kemampuan motorik halus yang sudah cukup baik. bagamana cara melipat pakaian, pakai kaos kaki, mencuci piring, menyapu, dll. gunakan atau tentukan step2nya atau target awalnya dari setiap pembelajaran. Misalnya mengajarkan anak makan sendiri...
Tahap I latih untuk memegang sendok terlebih dahulu.
Tahap II latih untuk kekuatan pegangan sendok dengan benda, sehingga memudahkan anak menyendok nasinya dengan porsi yang sesuai. Juga latih/bantu anak untuk memotong-motong lauk yang ada.
Tahap III latih dan bantu anak mengarahkan ke dalam mulutnya.
dll.
Beri reward ketika anak berhasil melakukannya. Perlahan demi perlahan tingkatkan targetnya. Lakukan juga untuk kemanirian yang lainnya, dan beri konsistensi dalam melakukan (latih setiap saat anak melakukan kegiatan makan dan usahakan bantuan seminimal mungkin).

5 Hal yang perlu diajarkan pada Para Spesial kita agar dapat mandiri :
1. Kebersihan diri
2. Mengenali makanan sehat
3. Mempelajari Norma dan Nilai Masyarakat
4. Sosialisasi
5. Pendidikan Kognitif
1. Kebersihan diri
Mandi sendiri, berpakaian sendiri, makan sendiri, kebersihan tubuh, cara menggososk gigi, cara menggosok badan dengan sabun, membilasnya dengan air, membersihkan telinga, memotong kuku, masuk rumah kaki harus bersih, menyapu, mencuci baju, mencuci piring, dll
2. Mengenali makanan sehat
Membedakan makanan cepat saji dan makanan dengan memasak sendiri, mengajari memasak, mencuci sayuran dan ikan, menanak nasi, perbanyak membaca buku tentunya sdh dengan pemahaman, visualkan, ajak ke pasar, memilih bahan yang segar, dll
3. Mempelajari Norma dan Nilai Masyarakat
Mengajari sopan santun dalam bertamu, membedakan kepemilikan (milik siapa, rumah siapa, benda siapa, dll) tata cara bertamu, pemahaman tentang menghargai, pembedaan anak kecil dan orang dewasa –> perlakuan yang tepat. cara berkendara, memahami peraturan lalu lintas dan rambu-rambu, pemahaman aturan-aturan tentang buang sampah, dilarang kencing sembarang tempat, Maaf dan memaafkan, Berdagang/jual beli, aturan di tempat2 seperti di rumah sakit, Bank, toko, kuburan, gereja,dll. Berbicara dengan suara pelan ketika berkomunikasi, berbicara dengan suara keras saat memanggil seseorang dr kejauhan, kepada siapa boleh membentak. dll
4. Sosialisasi
Mengetahui tentang pertanyaan sederhana, saling menyapa, belajar berkelompok, bermain berkelompok, Berbagi, percakapan saat sedang menunggu antrian, berkenalan, dll
5. Pendidikan Kognitif
Adalah pendidikan yang diberikan kasus per kasus berdasarkan topik. Misalnya ketika sedang naik pesawat, pada anak di berikan pembekalan  bagaimana proses naiknya, mengurus bagasi, menunjukkan tiket hingga sampai pada turunnya. Pembekalan kognitifnya adalah lewat pertanyaan seperti “Bagaimana seandainya saat mau naik pesawat tiket ketinggalan? Bagaimana seandainya bagasi hilang apa yang harus dilakukan? kemudian kembangkan dengan pertanyaan-pertanyaan berikutnya…

     D.  Bagaimana mengetahui bakat anak?
Cari tau lewat kesukaan anak pada bidang tertentu. misalnya musik/ pekerjaan rumah/ aktvitas menggambar/ menyanyi dll.
Bisa juga dengan sidik jari/ Finger print. Bila sudah dketahui bakatnya maka kembangkan bakat tersebut, untuk bekal kemandirian. 

SELALU ADA HARAPAN BAGI SETIAP ORANG YANG MAU BERUSAHA. BANGKIT DAN LAKUKAN BAGIAN KITA.

Minggu, 04 Agustus 2013

Cara mengatasi Tantrum

CARA MENGATASI PERILAKU TANTRUM
(Pengulangan karena banyak yang request)

Tantrum adalah Suatu keadaan dimana seorang anak (Autism) memiliki keinginan yang tinggi terhadap sesuatu lalu terbentur keadaan yang mengakibatkannya tidak memperoleh kiinginannya itu dalam waktu cepat (time deley, atau penolakan). Plus kemampuan yang tidak mencukupi dalam mengungkapkan keinginan atau kebutuhan “dalam bentuk kata-kata”.
Ada dua strategi yang bisa kita jalani saat menghadapi perilaku tantrum pada anak Autism:
Strategi proaktif:
1. Perilaku itu sesuatu hasil belajar oleh karenanya perilaku bisa diprediksi maka sebelum perilaku bermasalah itu muncul kita buat langkah antisipasinya… (contoh: siapkan makanan sebelum anak bangun agar dia tidak tantrum karena merasa lapar)

2. Keamanan - diri anak dan keamanan diri orang lain diperlukan agar tidak ada yang cedera serius pada saat anak beraktifitas.Hindari benda-benda yang bisa membahayakan pada saat anak tantrum (Contoh: Pisau didekat anak, benda padat yang mungkin bisa dilempar).

3. Batasi/hindari /kurangi efek dari sebab yang bisa meyebabkan perilaku tantrum. (Contoh: Anak sering tertawa-tawa sendiri setelah mendengarkan music/menonton film...lalu terjadi prilaku obsesif sehingga anak-anak kecanduan terhadapnya shg klo gak di kasih tantrum)

4. Ajarilah cara berkomunikasi yang tepat. (Contoh: anak sering teriak-teriak dengan bahasa yang tidak dimengerti/memukul orang yang ada didekatnya/membenturkan kepala saat menginginkan sesuatu, Ajari anak untuk mengucapkan kata:” mau kue” reward usahanya sekecil apapun hasilnya)

5. Desainlah lingkungan sesuai dengan kondisi anak. (contoh : meminimalisasi piring/gelas kaca agar anak tidak mendapatkan kesenangan melempar piring/gelas yang terbuat dari kaca)

6. Buatkan jadwal Visual agar anak bisa memprediksi setelah ini dia akan melakukan apa?

Strategi Reaktif:
1. Jangan biarkan perilaku bermasalah itu mengalami penguatan mencegahnya sebelum terjadi akan membuat keadaan menjadi lebih baik. (Contoh: jangan biarkan anak sampai merasakan sensasi dapat memukul tangkap tangan anak sebelum mencapai tubuh kita)
2. Mengabaikan perilaku yang sudah mengalami penguatan agar perilaku yang sudah mendapatkan penguatan itu melemah efektifitasnya
3. Batasi akses ke material
4. Bantu mereka untuk dapat melakukan perilaku yang tepat dan beri imbalan untuk memperkuat perilaku yang diharapkan
5. Alihkan perilaku mereka agar melakukan kegiatan yang lebih tepat

Rabu, 31 Juli 2013

Tentang AUTISME

Dr Rudi Sutadi Wrote :

1. Tentang AUTISME
Banyak bayi-bayi autistik yang berbeda sejak lahir. Dua ciri umum yaitu mereka menghindari kontak fisik misalnya dengan membengkokkan punggungnya sehingga menjauhi orangtuanya/pengasuhnya, dan tidak bereaksi jika akan diangkat/digendong. Pada masa bayi, mereka mungkin terlihat pasif atau mungkin terlihat bergerak-gerak berlebihan. Yang dimaksud dengan bayi pasif yaitu mereka yang hampir sepanjang waktu sangat tenang. Sedangkan bayi yang bergerak berlebihan merupakan bayi yang tidak mau diam, kadang dalam tempo yang panjang saat mereka bangun, dan banyak yang bergoyang-goyang (rocking) atau membentur-benturkan kepalanya (head banging).
Dalam tahun pertama kehidupan, sebagian bayi perkembangan motoriknya mungkin normal, dan sebagian lainnya agak terlambat. Kemudian semakin besar, anak-anak autistik akan semakin terlihat terbelakang dibandingkan anak-anak seusianya pada bidang komunikasi, ketrampilan sosial, dan pemahaman. Selain itu, timbul perilaku-perilaku yang disfungsional seperti stimulasi diri (yaitu perilaku yang berulang-ulang dan tanpa tujuan, seperti bergoyang-goyang ke depan-belakang/rocking, mengepak-ngepakkan tangannya/hand-flapping), melukai diri sendiri/self-injury (misalnya menggigiti tangan, membentur-benturkan kepala/head-banging), masalah tidur dan makan, kontak mata buruk, kebal terhadap rasa sakit, hiper/hipo-aktif, dan tidak berperhatian.


2. Tentang AUTISME
Banyak bayi-bayi autistik yang berbeda sejak lahir. Dua ciri umum yaitu mereka menghindari kontak fisik misalnya dengan membengkokkan punggungnya sehingga menjauhi orangtuanya/pengasuhnya, dan tidak bereaksi jika akan diangkat/digendong. Pada masa bayi, mereka mungkin terlihat pasif atau mungkin terlihat bergerak-gerak berlebihan. Yang dimaksud dengan bayi pasif yaitu mereka yang hampir sepanjang waktu sangat tenang. Sedangkan bayi yang bergerak berlebihan merupakan bayi yang tidak mau diam, kadang dalam tempo yang panjang saat mereka bangun, dan banyak yang bergoyang-goyang (rocking) atau membentur-benturkan kepalanya (head banging).
Dalam tahun pertama kehidupan, sebagian bayi perkembangan motoriknya mungkin normal, dan sebagian lainnya agak terlambat. Kemudian semakin besar, anak-anak autistik akan semakin terlihat terbelakang dibandingkan anak-anak seusianya pada bidang komunikasi, ketrampilan sosial, dan pemahaman. Selain itu, timbul perilaku-perilaku yang disfungsional seperti stimulasi diri (yaitu perilaku yang berulang-ulang dan tanpa tujuan, seperti bergoyang-goyang ke depan-belakang/rocking, mengepak-ngepakkan tangannya/hand-flapping), melukai diri sendiri/self-injury (misalnya menggigiti tangan, membentur-benturkan kepala/head-banging), masalah tidur dan makan, kontak mata buruk, kebal terhadap rasa sakit, hiper/hipo-aktif, dan tidak berperhatian.


3. Tentang AUTISME :
Suatu ciri yang umum pada autistik yaitu kegigihannya terhadap hal yang sama terus (‘insistence of sameness’ / ‘perserverative’ behavior). Banyak anak yang menjadi sangat berlebihan terhadap suatu rutinitas, yang jika berubah sedikit saja akan menyebabkan mereka bingung/terganggu atau mengamuk. Beberapa contoh, misalnya makan dan/atau minum tertentu yang sama terus, memakai pakaian tertentu, ingin melalui jalan yang sama terus. Salah satu penyebabnya adalah ketidakmampuan mereka untuk memahami atau mengatasi situasi yang baru.
Sebagian anak autistik menunjukkan gangguan/masalah pada satu atau beberapa inderanya, yaitu meliputi pendengaran, penglihatan, taktil (perabaan/sentuhan), pengecapan, keseimbangan, penciuman, dan proprioseptif/vestibular (penginderaan pada otot, urat/tendo, sendi, dan organ keseimbangan, yang mendeteksi gerakan serta posisi tubuh dan anggota badan). Masalah penginderaan tersebut mungkin sebagai hipersensitif atau bahkan hiposensitif. Sehingga menyebabkan penyandang autisme kesulitan dalam mengolah informasi rangsangan yang ada, sebagai contoh, ada penyandang autisme yang menghindari segala bentuk kontak tubuh, sedangkan yang lainnya tahan/kebal terhadap rasa sakit. Sekitar 40% individu autistik tidak suka pada suara-suara atau frekuensi tertentu, sehingga sering tantrum ketika mendengar suara tangisan bayi atau sepeda motor. Sebaliknya, beberapa anak seperti tampak tuli karena tidak berespons terhadap berbagai suara.


4. Tentang Autisme :
Gejala-gejala autisme akan tampak makin jelas setelah anak mencapai usia 3 tahun, yaitu berupa:
1. Gangguandalam bidang komunikasi verbal maupun non-verbal:
- terlambat bicara,
- meracau dengan bahasa yang tak dapat dimengerti orang lain,
- kalaupun mulai bisa mengucapkan kata-kata namun ia tak mengerti artinya,
- bicara tidak dipakai untuk komunikasi,
- banyak meniru atau membeo (echolalia),
- beberapa anak sangat pandai menirukan nyanyian, nada maupun kata-katanya, tanpa mengerti artinya,
- bila menginginkan sesuatu ia menarik tangan yang terdekat dan memperlakukan tangan tersebut sekedar sebagai alat untuk melakukan sesuatu untuknya.
2. Gangguan dalam bidang interaksi sosial:
- menolak/menghindar untuk bertatap mata,
- tak mau menengok bila dipanggil,
- seringkali menolak untuk dipeluk,
- tak ada usaha untuk melakukan interaksi dengan orang malah lebih asik main sendiri,
- bila didekati untuk diajak main ia malah menjauh.
3. Gangguan dalam bidang perilaku :
- Pada anak autistik terlihat adanya perilaku yang berlebihan (excessive) dan kekurangan (deficient).
- Contoh perilaku yang berlebihan adalah : adanya hiperaktivitas motorik, seperti tidak bisa diam, lari kesana-sini tak terarah, melompat-lompat, berputar -putar, memukul-mukul pintu atau meja, mengulang-ulang suatu gerakan tertentu.
- Contoh perilaku yang kekurangan adalah : duduk diam bengong dengan tatap mata yang kosong, bermain secara monoton dan kurang variatif secara berulang-ulang, duduk diam terpukau terhadap sesuatu hal misalnya bayangan, atau benda yang berputar.
- Kadang-kadang ada kelekatan/asyik pada benda tertentu, seperti sepotong tali, kartu, kertas, gambar, gelang karet atau apa saja yang terus dipegangnya dan dibawa kemana-mana. Perilaku yang ritualistik sering terjadi.
4. Gangguan dalam bidang perasaan/emosi :
- Tidak ada atau kurangnya rasa empati, misalnya melihat anak menangis ia tidak merasa kasihan melainkan merasa terganggu dan anak yang sedang menangis tersebut mungkin didatangi dan dipukul.
- Tertawa-tawa sendiri, menangis atau marah-marah tanpa sebab yang nyata.
- Sering mengamuk tak terkendali (temper tantrum), terutama bila tidak mendapatkan apa yangdiinginkan, bahkan bisa menjadi agresif dan destruktif.
5. Gangguan dalam persepsi sensoris :
- Mencium-cium, menggigit atau menjilat mainan atau benda apa saja.
- Bila mendengar suara keras langsung menutup telinga.
- Tidak menyukai rabaan atau pelukan.
- Merasa sangat tidak nyaman bila memakai pakaian dari bahan yang kasar.

Gejala-gejala yang digambarkan di atas tidak harus ada semua pada setiap anak penyandang autisme. Pada seorang anak mungkin hampir semua gejala di atas ada, tapi pada anak lainnya mungkin hanya terdapat sebagian saja dari gejala di atas.


5.Tentang AUTISME : Tanda Dan Gejala Autisme

Gejala autisme timbul sebelum anak mencapai usia 3 tahun. Pada sebagian anak gejala-gejala itu sudah ada sejak lahir. Seorang ibu yang cukup memperhatikan perkembangan anaknya sudah akan melihat beberapa keganjilan sebelum anaknya mencapai usia satu tahun. Yang sangat menonjol adalah tidak adanya atau sangat kurangnya kontak mata. Bayi tersebut secara aktif menghindari kontak mata, dengan ibunya sekalipun. Iapun tidak memberikan respons bila dipanggil namanya atau diajak bergurau oleh ibunya. Namun ia bisa sangat senang dan tertawa terkekeh-kekeh bila melihat mainan yang berputar yang digantung diatas tempat tidurnya.
Sebagian kecil dari penyandang autisme sempat berkembang normal, namun sebelum mencapai umur 3 tahun perkembangannya terhenti, kemudian timbul kemunduran dan mulai tampak gejala-gejala autisme. Jika ditanyakan dan orangtua mencoba mengingat-ingat kembali, mungkin dikemukakan adanya faktor pencetus seperti misalnya sakit berat, punya adik, ditinggal oleh baby sitter/pengasuhnya, bahkan ada yang gejalanya timbul setelah mendapatkan imunisasi.
Orangtua umumnya mulai tersadar mengenai adanya masalah/perbedaan antara anaknya dengan kakaknya atau anak orang lain, dalam dua tahun pertama usia anak. Tanda dan gejala biasanya mulai timbul secara bertahap sesuai tahapan perkembangan anak. Mungkin orangtua sudah menyadari adanya perbedaan/keanehan pada anak mereka sejak dari lahir, yaitu tidak responsif terhadap orang sekitarnya, serta mungkin perhatiannya terfokus lama pada sesuatu hal saja. Ada juga anak-anak yang mulanya berkembang relatif normal, namun kemudian terjadi regresi (kemunduran) pada usia 18 bulan (1 tahun 6 bulan), dimana beberapa kemampuan yang tadinya mulai ada (misalnya sudah mulai berkata-kata sepatah dua patah kata) namun tiba-tiba menghilang, serta terlihat/menampakkan beberapa ciri/gejala autistik. Regresi ini diyakini berhubungan dengan jamur Candida albicans, virus, vaksinasi, dan terjadinya kejang.
Hal klasik yang sering terjadi, yaitu jika orangtua memperhatikan adanya keanehan/perbedaan pada anak mereka dibandingkan anak lain, maka ketika mereka menyatakan keprihatinan/kekuatirannya kepada lingkungannya, maka lingkungan akan berespons dengan mengemukakan mitos-mitos yang tidak benar seperti misalnya “anakmu kan laki-laki, jadi bicaranya lambat”, “anakmu kan jalan/tumbuh gigi lebih dulu, jadi bisa bicaranya belakangan”, “ah lu terlalu kuatir, si anu juga dulu lambat bicaranya, sekarang cerewet”, dlsb. Namun orangtua yang sehari-hari bersama dengan anak dan memperhatikan anak mereka, akan melihat bahwa semakin hari anak mereka semakin berbeda dengan anak-anak lain sepantaran/seusianya. Oleh karena itu maka sering terjadilah “shopping” dokter, yaitu orangtua membawa anak mereka dari satu dokter ke dokter yang lain untuk mendapatkan diagnosis, sampai akhirnya jika beruntung, mereka bertemu dengan dokter yang waspada atau menguasai tentang autisme. Malangnya jika mereka tetap tidak bertemu dengan dokter yang demikian tersebut, ataupun jika bertemu dengan dokter yang dengan yakin (namun ternyata salah) dan dapat menyakinkan orangtua bahwa anaknya bukan autisme (tidak autistik) yang mungkin klop dengan pemikiran/pendapat orangtua yang berada dalam fase denial (penyangkalan) dalam menerima suatu keadaan/pukulan yang berat dalam hidup mereka (coping  mechanism), maka mereka akan berkeyakinan (yang ternyata salah) bahwa anak mereka bukanlah autistik.
 
 


6. Sebagian kecil dari penyandang autisme sempat berkembang normal, namun sebelum mencapai umur 3 tahun perkembangannya terhenti, kemudian timbul kemunduran dan mulai tampak gejala-gejala autisme. Jika ditanyakan dan orangtua mencoba mengingat-ingat kembali, mungkin dikemukakan adanya faktor pencetus seperti misalnya sakit berat, punya adik, ditinggal oleh baby sitter/pengasuhnya, bahkan ada yang gejalanya timbul setelah mendapatkan imunisasi.
Orangtua umumnya mulai tersadar mengenai adanya masalah/perbedaan antara anaknya dengan kakaknya atau anak orang lain, dalam dua tahun pertama usia anak. Tanda dan gejala biasanya mulai timbul secara bertahap sesuai tahapan perkembangan anak. Mungkin orangtua sudah menyadari adanya perbedaan/keanehan pada anak mereka sejak dari lahir, yaitu tidak responsif terhadap orang sekitarnya, serta mungkin perhatiannya terfokus lama pada sesuatu hal saja. Ada juga anak-anak yang mulanya berkembang relatif normal, namun kemudian terjadi regresi (kemunduran) pada usia 18 bulan (1 tahun 6 bulan), dimana beberapa kemampuan yang tadinya mulai ada (misalnya sudah mulai berkata-kata sepatah dua patah kata) namun tiba-tiba menghilang, serta terlihat/menampakkan beberapa ciri/gejala autistik. Regresi ini diyakini berhubungan dengan jamur Candida albicans, virus, vaksinasi, dan terjadinya kejang.


7. Gejala autisme timbul sebelum anak mencapai usia 3 tahun. Pada sebagian anak gejala-gejala itu sudah ada sejak lahir. Seorang ibu yang cukup memperhatikan perkembangan anaknya sudah akan melihat beberapa keganjilan sebelum anaknya mencapai usia satu tahun. Yang sangat menonjol adalah tidak adanya atau sangat kurangnya kontak mata. Bayi tersebut secara aktif menghindari kontak mata, dengan ibunya sekalipun. Iapun tidak memberikan respons bila dipanggil namanya atau diajak bergurau oleh ibunya. Namun ia bisa sangat senang dan tertawa terkekeh-kekeh bila melihat mainan yang berputar yang digantung diatas tempat tidurnya.

Kamis, 09 Mei 2013

Berbagai hal yang perlu dilakukan/diperhatikan sebelum masa kehamilan

Coppy Paste Dr. Rudy Sutadi KID ABA.
Sampai saat ini masih belum diketahui cara yang paling tepat untuk melakukan pencegahan terjadinya autisme, terutama pada keluarga yang ingin mendapatkan anak berikutnya. Namun berdasarkan ilmu dan pengetahuan tentang berbagai terapi spesifik yang telah menghasilkan perbaikan bahkan kesembuhan, mungkin hal-hal berikut di bawah ini dapat dilakukan sebagai usaha pencegahan terjadinya autisme, tetapi tentu saja belum ada jaminan untuk itu.
Usaha-usaha tersebut meliputi meminimalisir terhadap paparan racun-racun lingkungan, memaksimalkan nutrisi dan kesehatan secara umum pada ibu sebelum dan selama hamil serta pada masa menyusui, pemberian nutrisi dari sumber-sumber yang paling sehat pada bayi maupun anak, pengaturan pemberian vaksin dengan pertimbangan individual.

Berbagai hal yang perlu dilakukan/diperhatikan sebelum masa kehamilan paling tidak 6-12 bulan sebelumnya:

1. Sebaiknya mengkonsumsi makanan yang organik. Lebih utamakan protein, sayuran, buah, kacang-kacangan. Kurangi mengkonsumsi gula, karbohidrat, pengawet, perasa, pewarna, serta makanan olahan.
2. Obati masalah-masalah pencernaan, antara lain pengobatan jamur/candida, intoleransi gluten, alergi makanan, kembung, konstipasi, berbagai parasit. Termasuk juga pemeriksaan TORCH (Toxoplasmosis, Rubella, Cytomegalovirus, Herpes) dan pengobatannya jika perlu.
3. Minimalisir penggunaan antibiotik, dan konsumsi probiotik yang bermutu tinggi. Di samping untuk memperbaiki mikroflora usus, probiotik juga dapat mencegah penyerapan bahan-bahan toksis serta meningkatkan ekskresi bahan-bahan toksik tersebut.
4. Jangan mengkonsumsi alkohol dan jangan merokok.
5. Hindari penggunaan bahan-bahan kimia untuk pribadi (sampo, pasta-gigi, lotion, krim, parfum, deodorant, dlsb), rumah, kebun, dan lingkungan. Meliputi antara lain insektisid, pembersih lantai, kamper, pengharum ruangan, pewangi dan pelembut baju, dry-cleaning (contohnya perchlorethylene), cat rumah, resin, dlsb. Gunakan semua bahan dengan label “Green”.
6. Jika sebelumnya telah terekspos oleh bahan-bahan kimia, atau bekerja di lingkungan berbagai bahan kimia, maka sebaiknya lakukan program detoksifikasi. Jika masih adanya tanda-tanda toksik seperti misalnya rasa lelah, migrain, dlsb, maka perlu dilakukan terapi kelasi dan konsultasi dengan dokter ahli gizi.
7. Buang tambalan amalgam pada gigi dengan menggunakan prosedur yang aman untuk pembuangan merkuri gigi.
8. Konsumsi suplemen multi vitamin dan mineral yang lengkap, serta Omega-3 dari hewan dan fish oil yang bebas merkuri.
9. Jangan gunakan bahan-bahan plastik, melamin, dan alumunium. Gunakan bahan-bahan gelas untuk mengolah/memasak serta menghidangkan/menyimpan makanan dan minuman. Gunakan air filtrasi (yang disaring).
10. Minimalisasi mengkonsumsi ikan besar sehubungan dengan kadar merkurinya.
11. Perbaiki kualitas udara dengan sirkulasi yang baik dan penyinaran yang cukup, lebih baik lagi jika menggunakan penyaring udara.
12. Konsumsi vitamin D3 dapat meningkatkan kekebalan, fungsi jantung dan syaraf.
13. Konsumsi berbagai sayuran organik berwarna untuk mencukupi asupan antioksidan guna melawan kerusakan dari efek radikal bebas. Kebutuhan 4,5 gelas perhari sayuran dan buah, bisa juga dijus.
14. Hindari vaksinasi paling tidak 1 tahun sebelum hamil.
15. Hindari berbagai radiasi elektromagnetik dari komputer, TV, telfon seluler. Jangan menyimpan barang-barang tersebut di kamar tidur. Gunakan telfon seluler sejarang mungkin, hanya jika sangat perlu saja dan jangan dikantongi atau disimpan dekat tubuh.
16. Perawatan kiropraktik untuk mengoptimalisasi fungsi syaraf dan kekebalan, serta keseimbangan otot-otot dan jaringan ikat panggul.
Ayo bangkit kalahkan AUTISME ,,Ayo verbal,,ayo sekolah reguler

Kamis, 18 April 2013

i love ABA

Teaching Non- Verbal Children to Communicate by Tameika Meadows, Terapist ABA, http://www.iloveaba.com/2012/05/teaching-non-verbal-children-to.html GA, USA)

Sangat umum ditemukan, anak-anak autis yang masih kecil, tidak berbicara atau memiliki keterlambatan wicara yang signifikan. Kadang-kadang hal ini disebabkan oleh kondisi medis, seperti lidah yang abnormal, ata apaxia. Seringkali, hal ini disebabkan adanya gangguan parah dalam hal motivasi dan interaksi sosial. Kelambatan bicara juga dapat disebabkan karena adanya infeksi telinga yang berlebihan, yang dapat menyebabkan hilangnya pendengaran atau proses wicara yang terganggu dalam masa kritis perkembangan otak. .

Istilah non verbal menggambarkan individu yang tidak bisa bicara. (istilah klinisnya adalah non-vocal, karena perilaku verbal dapat termasuk bahasa yang non-ekspressive seperti bahasa isyarat). Dalam kebanyaakan situasi anak-anak yang autistik ini menggunakan cara berkomunikasi yang tidak tepat dan tidak efektif, daripada menggunakan “bahasa”. Kebanyakan anak-anak didik saya adalah nonverbal saat saya pertama kali bertemu. Mereka biasanya menggunakan cara dengan menunjuk, menuntun, atau sebagian besar waktu< mereka berkomunikasi menggunakan perilaku mereka. Saya mengamati para batita autistik yang yang tanpa mengatakan apapun mendapatkan segalanya yang mereka butuhkan. Orangtuanya tahu, kalau ada 2 x jeritan, artinya “nyalakan TV” atau, jeritan berkepaanjangan artinya “ gendong aku” atau menendang saudara artinya “ aku tidak mau bermain” dan seterusnya,
Tujuan saat berhadapan dengan anak autis yang nonverbal harus lebih dari sekedar membuat anak berbicara. Tujuannya haruslah agar anak dapat berkomunikasi dengan efektif. Bahkan ada anak yang verbal pun tidak selalu bekomunikasi. . Saya mengajar anak usia % tahun, yang bisa melabel warna dan bagain tubuh, tapi tidak bisa menyampaikan saat dia merasa lapar. Hal ini adalah comtoh yang baik untuk menunjukkan bahwa anak yang verbal tidak dapat berkomunikasi.
Saat kita berpikir tentang nonverbal, pikirkanllah sesuatu yang lebih besar dari sekedar “bicara/speak.” Bagaimana seorang anak berkomunikasi? Apakah anak tersebut sudah cukup kuat dalam bahasa reseptifnya (memahami kata-kata yang diucapkan oleh orang lain), sekalipun mereka belum bisa mengucapkannya? Apakah anak mengeluarkan suara menggumama? Memiliki stimulasi verbal, menyanyikan lagu atau melodi lagu? Apakaha anak berteriak saat marah atau menggunakan bunyi-bunyian tak bermakna?

Dalam pengalaman saya, indicator positif anak nonverbal bisa menjadi verbal adalah stimulasi suara dan ekolali. Anak-anak yang menyanyi, ekolalia, mengoceh mungkin bisa berbicara. Anak-anak yang tidak berkomunikasi atau noon-verbal memiliki masalah perilaku yang paling agresif, menantang dan persisten. Mengapa? Yah, bayangkan saja bahwa anda berada di lingkungan yang tak seorang pun berbicara dalam bahasa anda. Anda berbahasa arab, orang-orang di sekitar berbahasa Jerman. Lalu, anda sangat lapar dan harus meyakinkan orang disekitar anda, bahwa anda lapar.Seberapa lama anda akan harus menunjuk dan menggunakan bahasa isyarat sebelum anda mulai tantrum?

Bila seseorang tidak mempunyai motivasi internal unttuk berkomunikasi, dan tidak sungguh2 dikondisikan untuk butuh berkomunikasi, maka lebih mudah bagi anak tersebut untuk terus menerus berada dalam perilaku yang mengganggu tersebut. Seorang anak yang “diijinkan” melempar piring ke lantai untuk menyatakan “aku sudah tidak mau makan/kenyang” memiliki kemungkinan NOL untuk memikirkan kata-kata, belajar membentuk kata tersebut menggunakan bibir mereka, lalu berbicara. Imbalan pun memiliki peran besar. Untuk anak autis yang belajar berkomunikasi, imbalan harus ada. Mungkin anda sebagai orangtua berpikir ‘ apakah yang harus aku berikan supaya anakku mau bicara? Anakku yang normal lainnya sama sekali tidak membutuhkan imbalan, M&M, atau apapun untuk bicara.” Karaktristik Autisma adalah gangguan kualitatif dalam komunikasi Hal ini bisa saja berarti bahwa anak-anak tersebut tidak menggunakan bahasa, menunjukkan keterlambatan bicara, atau tidak memiliki motivasi untuk menggunakan bahasa
Ada banyak pilihan untuk mengajar anak non-verbal berkomunikasi.

Communication Methods

• Verbal Behavior Approach (ABA) – Ada berbagai cara untuk melakukan ABA. Tetapi VB adalah pendekatan terbaik untuk anak-anak autis nonverbal karenaa VB menggunakan bahasa sebagai fokusnya. VB menggunakan imbalan untuk memotivasi anak agar mau bicara. Bahasa diajarkan sebagai PERILAKU dan komponen-komponen bahasa di pecah lagi menjadi bagian-bagian yang lebih kecil/sederhana untuk diajarkan. Kalau anak senang es krim, maka kata pertama yang diajarkan adalah “es krim” Dengan cara ini, diharapkan anak termotivasi untuk berbicara, untuk mendapatkan hal yang diinginkan. kamu katakan es krim, kamu dapat es krim. VB menggunakan pengulangan, prompt/bantuan, dan pembentukkan /Shaping agar mendapatkan respon yang dibutuhkan. approach also uses repetition, prompting, and shaping to get desired responses. Pada awalnya, mengatakan “bo” kita ijinkan untuk mewakili kata “bola. Tapi, dengan berjalannya waktu, kriteria akan lebih ditingkatkan, bahwa anak haarus mengatakan “bola” untuk mendapatkan bola.
• Speech Therapy- Dalam setiap 10 klien saya, 7 di antaranya menggunakan terapi wicara/speech terapi, selaiin terapi ABA. Banyak orangtua berpikir, bahwa terapi wicara bisa membuat anak berbicara. Terapi wicara sering kali dimaksudkan untuk membantu anak yang mengalami masalah artikulasi, kelancaran berbicara, pragmatis, atau kemampuan oral motor yang digunakan untuk menelan. Saya memiliki klien yang sangat pesat perkembangannya menggunakan terapi wicara, Namun, saya juga menemukan anak-anak yang sama sekali tidak menujukkan perkembangan dalam wicara, walaupun sudah mengikuti terapi wicara bertahun tahun. Dan mulai bicara saat beberapa bulan di terapi menggunakan metode ABA. Penting untuk dipahami, tidak semua terapis wicara paham tentang autis, berpengalaman dengan anak autis, dan memahami manajemen perilaku. Saya jamin, tidak ada gunanya terapi wicara dilakukan bila terapis bahkan tidak tahu caranya membuat anak bisa duduk. Pastika mencari terapis wicara yang paham tentang autis.
• Sign Language- Selalu kombinasikan melabel dengan bahasa isyarat sehingga anak mendengarkan kata-kata yang tepat, saat mereka belajar tentang bahasa isyarat. Pertimbangkan kemampuan motorik anak dan usia anak bila ingin menggunakan bahasa isyarat. Bila motorik halus anak mengalami masalah sehingga anak kesulitan dalam membentuk bahasa isyarat yang seringkali melibatkan gerakan-gerakan tangan dan jari yang rumit, maka bahasa isyarat bukanlah pilihan Usia menjadi penting, karena berhubungan dengan seberapa besar lingkungan sekitarnya. Untuk anak umur 2 tahun, yang interaksi utamanya banyak bersama ayah dan ibunya saja, maka bahasa isyarat mungkin pilihan yang baik. Namun, bila anak sudah berumur 11, dimana lingkungannya adalah lingkungan sekolah, kursus karate dan rumah, maka semua orang yang berhubungan dengan anak in harus juga memahami bahasa isyarat ini. Bila anak menggunakan bahasa isyarat untuk “mau ke tiolet”, apakah guru di sekolah juga paham bahasa ini? Bila respon yang diharapkan tidak langsung d dapat, maka kemungkinan dia akan berhenti menggunakan bahasa isyarat ini.
• Picture Exchange Communication System- With the PECS system anak belajar berkomunikasi menggunakan gambar dari benda, untuk mendapatkan benda yang diinginkan. PECS sangat sederhana untuk dilakukan. Dapat dibawaa kemana-mana, dan dapat digunakan dalam tujuan yang luas. Anda bisa mengajarkan anak untuk menggunakan kalimat lengkap dalam meminta beberapa hal, untuk bercakap-cakap, untuk bercerita, dsb. Kelebihan PECS daripada bahasa isyarat adalah karena PECS menggunakan gambar yang mudah dipahami setiap orang
• Assisted Communication Devices- An assisted communication device akan membentuk kemampuan wicara pada anak dengan berbicara pada suara yang di simulasikan. Anak memasukkan kartu, mengetik, atau memencet tombol, dan ada alat yang berbicara. Karena ini adalah alat berbasis teknologi, maka penggunaan alat ini membutuhkan kemampuan kognitif tertentu, yang memungkinkan anak menggunakannya secara mandiri agar efektif. Keuntungan alat ini adalah dapat digunakan bagi anak-anak yang memiliki gangguan lain, seperti misalnya bagi anak autis yang juga memiliki masalah pengelihatan, gangguan pendengaran/tuli, atau bagi anak yang tida dapat mengetik. Alat ini sangat mudah digunakan, mudah dibawa-bawa, memungkinkan anak berkomunikasi dengan cepat, mudah diprogram sesuai kebutuhan, dengan informasi yang spesifik, dan biasanya digunakan pada anak usia 15 tahun ke atas.
• Language Immersion- Metode ini biasanya dilakukan pada sekolah2 PAUD dan TK yang menerima anak-anak autsi yang masih sangat kecil. Ruang kelas meng-imersi-kan anak-anak autsi ini kepada bahasa melalui kegiatan kelas sehari-hari sepanjang hari, untuk menciptakan dan menstimulasi lingkungan yang kondusif untuk berbicara. Benda-benda di label dengan jelas, anak-anak diajak bercakap-cakap, meskipun mereka tidak berbicara (David, apakah warna jasku ini biru? Mengangguk kalau warnya biru.” Guru juga mengambil waktu untuk memiliki sesi one on one, untuk mengajarkan kontak mata, joint attention, bergiliran, dll. Hal ini juga bisa dilakukan oleh terapis, dan orang tua di rumah. Temukan sumber-sumber yang bagus untuk memahami tahap-tahap perkembangan menuju bicara, yaitu mengoceh, mengenali bunyi dan suara tertentu, mengimitasi perilaku, merspon perintah, dan berkomunikasi menggunakan bahasa tubuh. Mulailah bekerja dengan cara one on one/ 1:1, Pastikan banyak imbalan, perlakukan anak yang mengoceh seolah-olah itu adalah kata dan digunakan dalam berbicara dengan mereka. Selalu uraikan apa yang anak lakukan atau orangtua lakukan,sekalipun anak tidak merespon. (ayao sekarang naik ke atas. Ayo kita hitung anak tangganya, 1,2,3,...) Saat menguraiakn kegiatan, gunakan kontak mata, dan gunakan ekspresi wajah yang “kartun”

Ada ratusan program, buku, sumber dan pusat terapi yang menawarkan janji bahwa anak autis bisa bicara. Kritis dalam meilih dan selalu cari metode yang sudah terbukti. Apapun yang anda pilih, agar semua yang anda lakukan menjadi efektif, bekerjasamalah dengan pendekatan manajemen perilaku. Anak akan belajar, bahwa segala sesuatu yang dilakukan tanpa sistem komunikasi tidak bisa diterima. Artinya, bila anda mengajarkan bahasa isyarat untuk anak “meminta kue” maka perilaku memanjat meja dan mengobrak-abrik kotak kue tidak lagi diterima.. Buatlah komunikasi sebagai suatu keharusan bagi anak untuk mendapatkan sesuatu. Anak juga harus mempelajari bahwa berkmunikasi dengan orang lain akan membawa hal-hal baik dalam kehidupannya. Kalau anak bisanya ngomong “jus” maka setiap kali anak mengatakan “jus” anak mendapatkan “jus”. Anak butuh untuk meilhat bahwa berkomunikasi dengan orang akan membuat dia mendapatkan yang diinginkan. Bila anak menggunakan sebuah sistem komunikasi dan hasilnya tidak konsisten, kadang bisa kadang tidak, maka pertanyaannya adalah, “ Apakah cara ii adalah SATU-SATU nya cara bagi anak ini untuk mendapatkan keinginannya?” bila jawabannya TIDK, maka hsilnya tidak akan konsisten. (tambahan dari penterjemah: kalau anak sudah bisa bilang “jus” untuk mendapatkan jus, tapi kadangkala, tangis yang berkepanjangan membuat orangtua memberikan jus untuk membuanya diam, maka kemungkinan anak tidak akan selalu mengatakan “jus” untuk mendapatkan jus


**Quick Tip: Intervensi dini sangat penting bila dikaitkan dengan target anak untuk mengembangkan kemampuan berbicara. Bagaimanapun, dari berbagai penelitian masih selalu ada harapan bagi anak yang lebih besar untuk belajar berbicara, sekalipun tantangannya pasti juga lebih besar. Metode yang paling menjanjikan adalah untuk anak di atas 5 tahun, menggunakan alatatau media untuk menggeneralisasi penggunaaan bahasa (bukan malah menghambatnya). Serta menggunakan pendekatan develompmental Seperti misalnya DIR(R) untuk memfasilitasi join attention.

References:

Kaiser, A. P., Hancock, T. B., & Nietfeld, J. P. (2000). The effects of parent-implemented enhanced milieu teaching on the social communication of children who have autism. Journal of Early Education and Development [Special Issue], 11(4), 423-446.

Kasari, C., Paparella, T, Freeman, S.N., & Jahromi, L (2008). Language outcome in autism: Randomized comparison of joint attention and play interventions. Journal of Consulting and Clinical Psychology, 76, 125-137.

Murphy SA. (2005) An Experimental Design for the Development of Adaptive Treatment Strategies. Statistics in Medicine. 24:1455-1481.

Pickett, E., Pullara, O, O’Grady, J., & Gordon, B. (2009). Speech acquisition in older nonverbal individuals with autism: A review of features, methods and prognosis. Cognitive Behavior Neurology, 22 1-21.

Schlosser, RW, & Wendt O (2008). Effects of augmentative and alternative communication intervention on speech production in children with autism: A systematic review. American Journal of Speech-Language Pathology • Vol. 17 • 212–230.

Senin, 18 Maret 2013

Sharing Pengalaman


memperingati Hari Peduli Autis Sedunia Parenting Cangkrukan Surabaya mengadakan Sharing Pengalaman "ABK Juga Anak Bangsa"

Hari /Tanggal : Minggu, 7 April 2013
Waktu           : 09.30 - 14.00
Tempat          : Multifunction L I BG Gunction
Yuk segera daftar...Mari kita Berbagi, Mari kita Peduli

Kamis, 14 Maret 2013

TIPS POLA MAKAN UNTUK ANAK DENGAN AUTISME DAN ADHD

TIPS POLA MAKAN UNTUK ANAK DENGAN AUTISME DAN ADHD
  1. Kenali makanan pemicu alergi
  2. Hindari makanan/zat pada makanan yang diduga menimbulkan alergi selama 2 sampai 4 bulan, secara bergantian. ROTASI semua jenis makanan, termasuk makanan yang sangat disukai.
  3. Batasi makanan manis, meskipun memakai gula pengganti seperti fruktosa, maltosa, sorbitol, brown sugar, dan sebagainya, Zat2 tersebut tidak lebih baik dari gula pasir biasa. Makanan manis dan gula olahan akan menyuburkan bakteri dan jamur yang ada di sepanjang saluran usus.
  4. Sebagai pengganti gula, lebih baik perkenalkan anak pada buah-buahan segar dengan cara melatihnya sedikit demi sedikit setiap hari (mulai dari satu sendok teh buah diblender beberapa kali sehari) sampai anak tidak merasa asing lagi dengan makanan tersebut. Gula dari buah segar dapat membuat kadar seretonin di otak lebih stabil karena terkontrol oleh unsur2 gizi lain yang terikat bersamanya. DENGAN CATATAN    :                                    -     Tidak mencampur buah dengan makan lain dalam jumlah besar                                 _     Tidak mengkonsumsi buah sesudah makanan padat lain seperti susu, nasi atau daging
  5. Batasi semua makanan atau minuman olahan industri, termasuk mieinstan, biskuit, dan lain-lain. Meskipun diiklankan sebagai makanan/minuman khusus bagi mereka yang ALERGI gula, gluten dan casein. Makanan/minuman tersebut mungkin tidak mengandung bahan-bahan dimaksud, tetapi bukan berarti bebas dari ZAT-ZAT ADITIF lain yang lebih merugikan kesehatan, misalnya ZAT PENGAWET.
  6. Ajarkan anak dengan sabar cara mengunyah makanan yang benar. Karena sebaik apapun makanan yang dimakan, jika tidak dikunyah dengan baik, makanan tidak akan tercerna dengan sempurna didalam perut dan menimbulkan fermentasi/pembusukan di saluran usus.
Jangan memberi anak terlalu banyak jenis makanan dalam satu kali makan,  terutama yang kombinasinya berat untuk pencernaan. Terlalu banyak jenis makanan dengan kombinasi yang tidak serasi akan menimbulkan fermentasi/pembusukan didalam saluran usus.                                                  
SUMBER : ANDANG GUNAWAN (seminar NUTRISI majalah NIRMALA, 30 Juni 2001)

DSM IV

Bunda Yen, ini DSM IV nya. Kalau DSM V belum dapat. Silakan dibaca
-----------------------------------------------------------------------------------
DIAGNOSIS AUTISM BERDASARKAN DSM IV (Diagnostic and Statistic manual)

Untuk menetapkan diagnosis gangguan autism para klinisi sering menggunakan pedoman DSM IV. Gangguan Autism didiagnosis berdasarkan DSM-IV:

Harus ada sedikitnya 6 gejala dari(1), (2), and (3), dengan minimal harus ada 2 gejala dari (1), dan satu gejala masing-masing dari (2) dan (3):

(1) GANGGUAN KUALITATIF DALAM INTERAKSI SOSIAL,
minimal harus ada dua manifestasi dalam perilaku non verbal seperti :

- kontak mata sangat kurang,
- ekspresi muka kurang hidup,
- sikap tubuh atau gerak tubuh dalam interaksi sosial
- Kegagalan dalam berhubungan dengan anak sebaya sesuai dg perkembangannya
- tidak dapat merasakan apa yang dirasakan orang lain
- Kurangnya hubungan sosial dan emosional

(2) GANGGUAN KUALITATIF DALAM BIDANG KOMUNIKASI, minimal 1 gejala di bawah ini
Bicara terlambat atau bahkan sama sekali tak berlkembang (tak ada usaha untuk mengimbangi komunikasi dengan cara lain tanpa bicara)
Bila bisa bicara tidak dipakai untuk komunikasi
Sering menggunakan bahasa yang aneh dan diulang-ulang
Cara bermain kurang variasi, kurang imajinatif dan kurang bisa meniru

(3) SUATU POLA YANG DIPERTAHANKAN DAN DIULANG-ULANG DALAM PERILAKU, MINAT DAN KEGIATAN.
Sedikitnya harus ada 1 gejala di bawah ini
Mempertahankan satu minat atau lebih dengan cara yang sangat khas dan berlebihan
Terpaku pada satu kegiatan ritual atau rutin yang tidak ada gunanya
Terdapat gerakan-gerakan aneh yang khas berulang-ulang
Seringkali terpukau pada bagian-bagian benda

B. Sebelum usia 3 th tampak adanya keterlambatan atau gangguan dalam bidang :
1. Interaksi sosial
2. Bicara dan berbahasa
3. Cara bermain yang kurang variasi

C. Gangguan tersebut bukan disebabkan karena sindrom Rett atau Gangguan disintegratif masa kanak-kanak (Childhood Disintegrative Disorder).

PMS (Pre Menstruasi Sindrome)

Pre Menstruasi Sindrome (PMS) sumber : Wikipedia.... FENTING...

Sindrom prahaid (Bahasa Inggris: premenstrual syndrome, PMS) adalah kumpulan gejala fisik, psikologis, dan emosi yang terkait dengan siklus menstruasi wanita. Sekitar 80 hingga 95 persen perempuan pada usia melahirkan [1] mengalami gejala-gejala pramenstruasi yang dapat mengganggu beberapa aspek dalam kehidupannya [2]. Gejala tersebut dapat diperkirakan dan biasanya terjadi secara regular pada dua minggu periode sebelum menstruasi. Hal ini dapat hilang begitu dimulainya pendarahan, namun dapat pula berlanjut setelahnya [1]. Pada sekitar 14 persen perempuan antara usia 20 hingga 35 tahun, sindrom pramenstruasi dapat sangat hebat pengaruhnya sehingga mengharuskan mereka beristirahat dari sekolah atau kantornya [3].

Gangguan kesehatan berupa pusing, depresi, perasaan sensitif berlebihan sekitar dua minggu sebelum haid biasanya dianggap hal yang lumrah bagi wanita usia produktif. Sekitar 40% wanita berusia 14 - 50 tahun, menurut suatu penelitian, mengalami sindrom pra-menstruasi atau yang lebih dikenal dengan PMS (pre-menstruation syndrome). Bahkan survai tahun 1982 di Amerika Serikat menunjukkan, PMS dialami 50% wanita dengan sosio-ekonomi menengah yang datang ke klinik ginekologi.

PMS memang kumpulan gejala akibat perubahan hormonal yang berhubungan dengan siklus saat ovulasi (pelepasan sel telur dari ovarium) dan haid. Sindrom itu akan menghilang pada saat menstruasi dimulai sampai beberapa hari setelah selesai haid.

Penyebab munculnya sindrom ini memang belum jelas. Beberapa teori menyebutkan antara lain karena faktor hormonal yakni ketidakseimbangan antara hormon estrogen dan progesteron. Teori lain bilang, karena hormon estrogen yang berlebihan. Para peneliti melaporkan, salah satu kemungkinan yang kini sedang diselidiki adalah adanya perbedaan genetik pada sensitivitas reseptor dan sistem pembawa pesan yang menyampaikan pengeluaran hormon seks dalam sel. Kemungkinan lain, itu berhubungan dengan gangguan perasaan, faktor kejiwaan, masalah sosial, atau fungsi serotonin yang dialami penderita.

Sindrom ini biasanya lebih mudah terjadi pada wanita yang lebih peka terhadap perubahan hormonal dalam siklus haid. Akan tetapi ada beberapa faktor yang meningkatkan risiko terjadinya PMS. Pertama, wanita yang pernah melahirkan (PMS semakin berat setelah melahirkan beberapa anak, terutama bila pernah mengalami kehamilan dengan komplikasi seperti toksima). Kedua, status perkawinan (wanita yang sudah menikah lebih banyak mengalami PMS dibandingkan yang belum). Ketiga, usia (PMS semakin sering dan mengganggu dengan bertambahnya usia, terutama antara usia 30 - 45 tahun). Keempat, stres (faktor stres memperberat gangguan PMS).

Kelima, diet (faktor kebiasaan makan seperti tinggi gula, garam, kopi, teh, coklat, minuman bersoda, produk susu, makanan olahan, memperberat gejala PMS). Keenam, kekurangan zat-zat gizi seperti kurang vitamin B (terutama B6), vitamin E, vitamin C, magnesium, zat besi, seng, mangan, asam lemak linoleat. Kebiasaan merokok dan minum alkohol juga dapat memperberat gejala PMS. Ketujuh, kegiatan fisik (kurang berolahraga dan aktivitas fisik menyebabkan semakin beratnya PMS).

Tipe dan gejalanya Tipe PMS bermacam-macam. Dr. Guy E. Abraham, ahli kandungan dan kebidanan dari Fakultas Kedokteran UCLA, AS, membagi PMS menurut gejalanya yakni PMS tipe A, H, C, dan D. Delapan puluh persen gangguan PMS termasuk tipe A. Penderita tipe H sekitar 60%, PMS C 40%, dan PMS D 20%. Kadang-kadang seorang wanita mengalami gejala gabungan, misalnya tipe A dan D secara bersamaan.

Setiap tipe memiliki gejalanya sendiri. PMS tipe A (anxiety) ditandai dengan gejala seperti rasa cemas, sensitif, saraf tegang, perasaan labil. Bahkan beberapa wanita mengalami depresi ringan sampai sedang saat sebelum mendapat haid. Gejala ini timbul akibat ketidakseimbangan hormon estrogen dan progesteron: hormon estrogen terlalu tinggi dibandingkan dengan hormon progesteron. Pemberian hormon progesteron kadang dilakukan untuk mengurangi gejala, tetapi beberapa peneliti mengatakan, pada penderita PMS bisa jadi kekurangan vitamin B6 dan magnesium. Penderita PMS A sebaiknya banyak mengonsumsi makanan berserat dan mengurangi atau membatasi minum kopi.

PMS tipe H (hyperhydration) memiliki gejala edema(pembengkakan), perut kembung, nyeri pada buah dada, pembengkakan tangan dan kaki, peningkatan berat badan sebelum haid. Gejala tipe ini dapat juga dirasakan bersamaan dengan tipe PMS lain. Pembengkakan itu terjadi akibat berkumpulnya air pada jaringan di luar sel (ekstrasel) karena tingginya asupan garam atau gula pada diet penderita. Pemberian obat diuretika untuk mengurangi retensi (penimbunan) air dan natrium pada tubuh hanya mengurangi gejala yang ada. Untuk mencegah terjadinya gejala ini penderita dianjurkan mengurangi asupan garam dan gula pada diet makanan serta membatasi minum sehari-hari.

PMS tipe C (craving) ditandai dengan rasa lapar ingin mengonsumsi makanan yang manis-manis (biasanya coklat) dan karbohidrat sederhana (biasanya gula). Pada umumnya sekitar 20 menit setelah menyantap gula dalam jumlah banyak, timbul gejala hipoglikemia seperti kelelahan, jantung berdebar, pusing kepala yang kadang-kadang sampai pingsan. Hipoglikemia timbul karena pengeluaran hormon insulin dalam tubuh meningkat. Rasa ingin menyantap makanan manis dapat disebabkan oleh stres, tinggi garam dalam diet makanan, tidak terpenuhinya asam lemak esensial (omega 6), atau kurangnya magnesium.

PMS tipe D(depression) ditandai dengan gejala rasa depresi, ingin menangis, lemah, gangguan tidur, pelupa, bingung, sulit dalam mengucapkan kata-kata (verbalisasi), bahkan kadang-kadang muncul rasa ingin bunuh diri atau mencoba bunuh diri. Biasanya PMS tipe D berlangsung bersamaan dengan PMS tipe A, hanya sekitar 3% dari selururh tipe PMS benar-benar murni tipe D.

PMS tipe D murni disebabkan oleh ketidakseimbangan hormon progesteron dan estrogen, di mana hormon progesteron dalam siklus haid terlalu tinggi dibandingkan dengan hormon estrogennya. Kombinasi PMS tipe D dan tipe A dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu stres, kekurangan asam amino tyrosine, penyerapan dan penyimpanan timbal di tubuh, atau kekurangan magnesium dan vitamin B (terutama B6). Meningkatkan konsumsi makanan yang mengandung vitamin B6 dan magnesium dapat membantu mengatasi gangguan PMS tipe D yang terjadi bersamaan dengan PMS tipe A.

Ada pula kram perut Pada hari pertama atau satu hari menjelang datang bulan, banyak wanita yang mengeluh sakit perut atau tepatnya kram perut. Gangguan kram perut ini tidak termasuk PMS walaupun ada kalanya bersamaan dengan gejala PMS.

Kram pada waktu haid atau nyeri haid merupakan suatu gejala yang paling sering. Gangguan nyeri yang hebat, atau dinamakan dismenorea, sangat mengganggu aktivitas wanita, bahkan acap kali mengharuskan penderita beristirahat bahkan meninggalkan pekerjaannya selama berjam-jam atau beberapa hari.

Dismenorea memang bukan PMS. Dismenorea primer umumnya tidak ada hubungannya dengan kelainan pada organ reproduksi wanita dan hanya terjadi sehari sebelum haid atau hari pertama haid. Nyeri perut ini juga tidak ada hubungannya dengen PMS yang mulai terasa 10 - 14 hari sebelum haid. Gejala malah hilang begitu haid datang. Kalau dismenorea membaik atau bahkan hilang sama sekali setelah seseorang melahirkan, tidak demikian dengan PMS. Wanita yang pernah melahirkan malah berisiko lebih tinggi menderita PMS.

Untuk mengatasi PMS, biasanya dokter memberikan pengobatan diuretika untuk mengatasi retensi cairan atau edema (pembengkakan) pada kaki dan tangan. Pemberian hormon progesteron dosis kecil dapat dilakukan selama 8 - 10 hari sebelum haid untuk mengimbangi kelebihan relatif estrogen. Pemberian hormon testosteron dalam bentuk methiltestosteron sebagai tablet isap dapat pula diberikan untuk mengurangi kelebihan estrogen.

DIET TEPAT MENCEGAH PMS

Pencegahan PMS (sindrom pra-menstruasi) dapat dilakukan melalui diet yang tepat dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
* Batasi kosumsi makanan tinggi gula, tinggi garam, daging merah(sapi dan kambing), alkohol, kopi, teh, coklat, serta minuman bersoda.
* Kurangi rokok atau berhenti merokok.
* Batasi konsumsi protein (sebaiknya sebanyak 1,5 gr/kg berat badan per orang).
* Meningkatkan konsumsi ikan, ayam, kacang-kacangan, dan biji-biji-bijian sebagai sumber protein.
* Batasi konsumsi makanan produk susu dan olahannya (keju, es krim, dan lainnya) dan gunakan kedelai sebagai penggantinya.
* Batasi konsumsi lemak dari bahan hewani dan lemak dari makanan yang digoreng.
* Meningkatkan konsumsi sayuran hijau.
* Meningkatkan konsumsi makanan yang mengandung asam lemak esensial linoleat seperti minyak bunga matahari, minyak sayuran.
* Konsumsi vitamin B kompleks terutama vitamin B6, vitamin E, kalsium, magnesium juga omega-6 (asam linolenat gamma GLA).
Di samping diet, perhatikan pula hal-hal berikut ini untuk mencegah munculnya PMS:
* Melakukan olahraga dan aktivitas fisik secara teratur.
* Menghindari dan mengatasi stres.
* Menjaga berat badan. Berat badan yang berlebihan dapat meningkatkan risiko menderita PMS.
* Catat jadwal siklus haid Anda serta kenali gejala PMS-nya.
* Perhatikan pula apakah Anda sudah dapat mengatasi PMS pada siklus-siklus datang bulan berikutnya
 
Copas by. Bu Any sonata LRD