Sabtu, 13 September 2014

Bermain sebagai bentuk terapi

Kak Riska Timothy
(Praktisi dan Terapis Autis, Pemerhati Anak Berkebutuhan Khusus)
email : riska.timothy72@gmail.com



Pertanyaan : 
Syallom Kak Riska 
Saya ibu dari seorang anak Autis berusia 5 tahun, anak saya sudah menjalani terapi selama 3 tahun lebih, dan kemampuan memahami serta komunikasi verbal ya cukup baik. Anak saya juga sudah mengungkapkan dengan spontan apa yang diinginkannya. Namun dalam hal emosi, anak saya ini susah mengontrol dan kurang sabar di dalam menunggu misalkan antri di Bank saja sudah marah meledak-ledak dan ingin segera selesai. 
Apakah ada permainan yang bisa saya berikan kepada anak saya selagi dia menunggu? karena selama ini saya masih memberikan game di HP saya dan dia sangat menyukainya. Terima kasih dan Tuhan memberkati. 

Jawab : 
Kemampuan menunggu memang hal yang menjadi permasalahan bagi semua penyandang autisme yang sangat susah berdiam diri tanpa melakukan aktifitas. Beberapa orang tua memberi pilihan untuk membuat anak diam selagi menunggu, namun pilihan tersebut terkadang menjerumuskan anak, karena membuat anak semakin kurang berinteraksi dengan orang lain dan juga kurang mampu mengontrol diri tanpa adanya aktifitas apapun. Hal ini perlu dilatihkan dalam kegiatan sehari-hari sebelum dibawa ke lingkungan. Latihan di rumah bisa mulai dilakukan dengan mengantri mengambil makanan...libatkan semua orang/keluarga di dalam rumah untuk mengantri bersama dengan anak. Latih anak-anak untuk benar-benar mengantri dalam barisan sambil menunggu. Sedangkan untuk melatih kesabaran bisa dengan banyak permainan, misalkan mengelompokkan biji-bijian yang fungsinya juga melatih kemampuan motorik halus. Biji-bijian ini bisa berupa biji jagung, lalu tingkatkan yang agak kecil yaitu biji kacang hijau atau beras. Campurkan menjadi satu lalu pisahkan sesuai kelompoknya. 
Bila sedang emosi...latih kontrol dengan berhitung dan tarik nafas. Usahakan tangan tidak bergerak kemana-mana hingga anak mampu tenang. Selamat mencoba. 
Tuhan memberkati. 

Artikel :                                                   
Beberapa orang tua bertanya kepada saya kapan anaknya bisa bersosialisasi bersama teman-temannya, kapan anaknya bisa bermain dengan teman sebayanya, apakah mereka mengerti dan memahami bahwa bermain itu menyenangkan, dan lain-lain. 

Bermain adalah hal yang menyenangkan bagi anak-anak, dimana mereka akan berinteraksi satu dengan yang lainnya dengan teman-teman ataupun dengan benda yang mereka bawa. Berbagai macam perasaan mereka tuangkan dalam bermain, ada yang senang, sedih, cemburu, menangis, dan lain-lain. Pada anak-anak berkebutuhan khusus bermain juga merupakan bagian dari diri mereka, namun penggunaan benda sebagai sarana bermain yang tepat ataupun berkumpul bersama teman dalam konteks bermain, mereka sangat kesulitan. Terutama pada masyarakat yang belum menerima atau masih menganggap mereka berbeda. Hal tersebut membuat mereka cenderung menyendiri dan memisahkan diri dari lingkungan. 
Pada penyandang autisme mereka tidak tahu cara bermain dan berinteraksi dengan benar. Mereka sangat kesulitan untuk bergabung bersama teman-teman sebayanya, dan Tidak sedikit dari mereka yang cenderung menyendiri karena mereka tidak tahu bagaimana cara berinteraksi dengan orang lain, beberapa dari mereka terkadang ikut bermain dan bergabung dengan teman tetapi tetap dalam konteks kesendirian hanya berlari-lari, ataupun berjalan-jalan tanpa tujuan, bahkan mereka juga tidak tau cara memainkan benda yang mereka pegang. Contohnya : mereka akan memutar-mutar roda mobil saat mereka memegang mobil-mobilan, mereka akan mengetuk-ketukkan pensil ke meja dengan irama khusus, dan lain-lain. 

Langkah awal mengenalkan penyandang autis dalam bermain adalah konsep dirinya harus terbentuk terlebih dahulu. 
Atwater (1987) menyebutkan bahwa konsep diri adalah keseluruhan gambaran diri, yang meliputi persepsi seseorang tentang tentang diri, perasaan, keyakinan, dan nilai-nilai yang berhubungan dengan dirinya. 

Konsep diri pada penyandang autisme disini meliputi :
    a. Kemampuan anak melakukan kontak mata saat sedang berbicara ataupun berkomunikasi? 
    b. Kemampuan anak dalam memahami perintah sederhana misalkan : duduk, berdiri, ke sini, letakkan, ambil
    c. Kemampuan anak mengerti tentang apa yang dirasakannya dan apa yang orang lain rasakan bila melakukan suatu aktivitas atau terhadap sikapnya? Seperti kontrol emosi, etika dalam bersikap
    d. Kemampuan anak berkomunikasi secara sederhana
    e. Kemampuan anak dalam menggeneralisasikan apa yang diperolehnya dari pengamatan terhadap lingkungan.

Hal-hal diatas perlu sekali untuk diajarkan dan dilatihkan kepada para penyandang autisme sejak dini, karena kemampuan itu belum ada dalam diri mereka dan diciptakan untuk menjadi ada. Mereka memerlukan beberapa tahapan terapi untuk menunjang kemampuan dan konsep diri. Baik itu Terapi ABA (Applied Behavior Analysis), Terapi Sensori Integrasi, Terapi Wicara, dan lain-lain. 
Sesudah kemampuan dasar itu di dapat misalnya motorik anak cukup baik, bisa memegang mobil dengan baik, kontak mata bisa fokus terhadap benda yang dipegang, dan kemampuan imitasi atau meniru mulai dikuasainya, barulah kita mulai mengajarkan pola bermain dengan benda yang benar yaitu memegang mobil dan meletakkan di atas lantai atau meja kemudian dijalankan ke depan atau belakang dengan bersuara "Brrummmm", anak diminta untuk menirukan baik itu gerakan mobil tersebut hingga suara yang dimunculkan, lalu konsep bermain yang benar diperkenalkan. Bisa juga dengan aktivitas lain misalnya menyuap boneka, bermain puzzle, lego, dll. Tak lupa kita juga mulai memasukkan permainan "Berpura-pura" dimana permainan ini cukup bagus untuk mengajarkan anak berimajinasi dan kreatif dalam memunculkan ide. Latih dengan berekspresif...sehingga anak benar-benar tau bahwa bermain itu menyenangkan. Kemudian bila dengan benda mulai mampu, libatkan satu anak di dalam permainan tersebut. Bila terasa nyaman libatkan anak-anak yang lain untuk bermain bersama dan bantu anak untuk mulai masuk dalam proses sosialisasi dengan anak yang lain. Carilah permainan yang benar-benar bermanfaat dan mempunyai tujuan untuk anak berkembang. Kurangi nonton TV dan bermain (game) pada Gadget. 

Beberapa contoh permainan yang melibatkan interaksi dengan orang lain dan mempunyai tujuan adalah : 
1. Bermain balok, tujuan adalah melatih kemampuan menyusun, melatih kemampuan meniru gambar, melatih motorik halus dan melatih koordinasi mata dan tangan, melatih kesabaran. 
2. Bermain Puzzle, tujuannya adalah melatih koordinasi mata dan tangan, melatih motorik halus, melatih kemampuan menyelesaikan masalah.
3. Bermain pura-pura, tujuannya adalah : melatih kemampuan berimajinasi, melatih memori, melatih pengamatan anak.
4. Lempar dan tangkap bola, tujuannya adalah : melatih konsentrasi, melatih fokus, melatih kemampuan motorik.
5. Dan lain-lain

Permainan-permainan di atas sangat berguna untuk melatih perkembangan anak berkebutuhan khusus sesuai dengan tingkat kemampuannya dan kebutuhannya. Misalkan pada anak Down syndrome mereka lebih mudah melakukan permainan pura-pura, namun kesulitannya pada permainan yang melibatkan motoriknya bermain balok atau lempar tangkap bola. Ini karena mereka memiliki motorik yang lemah. Pada anak Cerebral Palsy, pemahaman instruksi baik, namun permainan yang diberikan adalah yang mendorong mereka untuk bergerak dan keseimbangan seperti berjalan merangkak melewati terowongan, memegang bola, dll karena tingkat kesulitannya pada kemampuan gerak yang kaku. Pada penyandang autis yang sangat kompleks baik segi motorik dan pemahaman mereka benar-benar diajarkan cara bermain yang benar, bagaimana mengambil bola, bagaimana melempar bola, bagaimana menangkap bola dari lawan, dll, itu karena penyandang autis tidak tahu apa yang akan mereka lakukan dengan aktivitas tersebut. Saat bermain lempar/tangkap bola dan bila tidak diajarkan bagaimana cara menangkap bola, mereka akan berdiam diri saja, jadi harus diajarkan satu Persatu dan terlepas dari itu semua diharapkan anak menikmati bahwa bermain itu menyenangkan. Peran orang tua sangat besar disini, untuk memberi stimulasi pada tiap perkembangan anak dan mengembangkan ketika kemampuan tersebut telah dicapainya.
Satu hal yang berguna bagi kita dan buah hati kita adalah hati yang penuh sukacita bersama keluarga, dan saat sukacita itu ada maka semangat itulah yang akan membawa hubungan dan kemajuan kemampuan anak-anak kita menjadi lebih baik.
Amsal 17 : 2 " Hati yang gembira adalah obat yang manjur, tapi semangat yang patah mengeringkan tulang.
Mari kita ciptakan suasana dan luangkan waktu bermain dengan anak-anak kita kapanpun dan dimanapun, saya percaya itu adalah moment yang sangat dinanti mereka, Salam bahagia Tuhan memberkati.