Rabu, 18 Maret 2015

Batu Malang bocah Ferrari

Setiap ada pertemuan, selalu ada ilmu yang harus bisa diserap. Kali ini saya diberi kesempatan untuk bertemu keluarga hebat. Walau harus menempuh perjalanan ke Malang, tak menyurutkan hati saya untuk bertemu keluarga hebat ini yang juga jauh-jauh datang dari Bogor. Namanya BU Ade dari Bogor, ibu dari Kakak Radit si bocah Ferrari. Mengapa disebut demikian, karena kecintaannya pada alat transportasi, baik itu mobil dan motor.
Berangkat pukul 8 pagi menuju ke kota Batu Malang. Beberapa kali dalam perjalanan mobil yang saya tumpangi bersama suami dan anak saya ini terjebak dalam kemacetan lalu lintas karena ada kendaraan lain yang mogok di tengah dan juga sebuah truk yang muatannya terjatuh di jalan. Singkat waktu saya tiba di batu pukul 11.30 siang. Kami sekeluarga berhenti di sebuah depot untuk makan siang terlebih dahulu.
12.15 akhirnya saya bertemu dengan bocah Ferrari. Wow luar biasa...sapaan hangatnya, pelukan ramahnya saat kami berjumpa. Tatapan matanya sih tidak melihat untuk pertama kali, namun sapaan "hai" masih terngiang di telinga saya. Sepanjang perjalanan kami menikmati pemandangan dan rute di eco Green. Banyak yang saya dapat dari pertemuan hebat ini. Saya diajarkan akan konsistensi yang harus orang tua tetap berikan kepada anak mereka sendiri bila ingin anak mereka bertumbuh dengan keluarga yang peduli. Saya diajarkan tentang kedekatan seorang ayah kepada anak lelakinya...sederhana saja sih, layaknya seorang anak yang bermanja-manja pada orang tuanya dengan ketulusan, kedua orang tuanya bahkan adiknya memperhatikan kakak yang spesial ini. Saya diajarkan tentang kepercayaan, bahwa memberi kepercayaan kepada anak adalah hal yang terbesar bagi sang anak untuk mereka berjuang maju. Dengan memberi kepercayaan maka rasa percaya diri pada anak pun mulai terbentuk. Kakak radit seringkali hilang dari pandangan kedua orang tuanya, tetapi seiring dengan sering hilangnya maka sering pula dia menampakkan diri untuk kembali kepada kedua orang tuanya. Wowww, hal yang luar biasa. Saya diajarkan tentang ketulusan seorang adik
yang ikut andil dalam menjaga kakaknya yang spesial ini. Menjadi hebat, menjadi semangat walau mungkin di benaknya banyak pertanyaan-pertanyaan seiring dengan tumbuh kembangnya sebagai seorang adik. Namanya Icha....ketika kakaknya pergi agak jauh, maka si adik ini mengikutinya. Dan beberapa kali memanggil kakaknya supaya jangan jalan jauh-jauh. Berebut itu pasti, ketika mereka memakai kendaraan kecil yang disewa dalam perjalanannya mengikuti rute di Echo Green Park. Tapi kedua orang tua ini sudah punya strategi untuk bergantian satu dengan yang lain. Hehehe jam berlaku untuk proses bergantiannya.
Keluarga ini sangat menikmati liburannya, beberapa wahana kita ikuti, Bernice pun juga menjadi dekat dengan KAK Icha. Bermain bersama dan sangat menyenangkan.
Sayangnya waktu tak banyak untuk pertemuan ini, namun kami sangat bersyukur waktu yang singkat kami justru belajar banyak hal tentang pola pengasuhan. Bahwa semua kuncinya adalah kepercayaan dan dukungan orang tua dan keluarga untuk menjadikan pribadi anak spesial ini bertumbuh dan berkembang layaknya anak-anak pada umumnya. Penerimaan diri sepenuhnya dan total serta tidak menunjukkan rasa kuatir di depan anak ketika anak melakukan sesuatu, itu membuat kepercayaan diri anak meningkat, hehehe walau sebenarnya pikiran dan hati berkecamuk dan berperang untuk memfasilitasi anak.
Terima kasih buat keluarga BU Adhe Racha Sovyani yang sudah menambah ilmu buat kami dalam pola asuh tumbuh kembang anak dan penerimaan keluarga. Kiranya menjadi inspirasi bagi kebanyakan orang tua, bahwa terapis terbaik tetap orang tua.
Sampai jumpa di lain hari bila diizinkan kembali tuk bertemu. Love u All.

Riska Timothy

Hidupku untuk mereka

Namanya Ito....ketika aku menjumpai pertama pulang sekolah setelah turun dari mobilnya, segera dia lari dan kemudian melepas sepatunya dan tanpa memandangku sedikitpun dia meneruskan masuk ke dalam kamarnya untuk melompat di trampolin selama 10 menitan dan kemudian baru melepaskan baju seragamnya untuk segera berganti dengan baju rumahnya. Dan setelah itu kemudian meletakkan baju tersebut dalam keranjang baju kotor dan bergegas menuju ke meja makan sambil menunggu makanan yang dihidangkan. Tanpa sepatah kata pun dia hanya melihat ke kanan dan ke kiri lalu melihat piring yang masih kosong berharap makanan segera datang. Tak lama kemudian makanan datang dengan lahapnya menyantap makanan di hadapannya walau menu yang tersedia hanya nasi merah dengan ikan goreng serta sayur manisa kuah bawang putih saja. 
Selesai makan dan minum, dengan mandiri membawa piring ya ke belakang dan kemudian masuk ke kelas terapi, bermain otopet sebentar dan siap belajar. Bersama dengan terapisnya dia belajar dengan segala program yang diberikan. "Riska sementara kamu assisten saya ya" kata terapisnya. Saya siap. 
15 tahun yang lalu aku mulai belajar apa itu Autis, 15 tahun yang lalu Ito berusia 5 tahun dan kini sudah berusia 20 tahun, berbeda dengan dulu, sekarang Ito bertumbuh dewasa dan paham komunikasi, walau saya hanya 6bulan mendampinginya utk kemudian dipindah ke Centre lain dan belajar dengan banyak anak2 dari usia anak hingga remaja dan dengan keunikan masing-masing. 15 tahun lalu saya bertanya mengapa harus menyakiti diri sendiri, mengapa harus menyerang, mengapa harus melakukan kegiatan dengan diulang-ulang, mengapa harus menjajarkan sesuatu, mengapa harus melakukan hal yang sama, mengapa tidak mau ada perubahan, dan masih banyak tanya mengapa. Sekarang jawaban itu sudah ku dapatkan...mereka menjadi baik karena penanganan yang konsisten, mereka menjadi baik karena kontrol dari lingkungan, mereka jadi baik karena cinta dan sayang orang sekitarnya, mereka menjadi baik karena pengakuan, mereka menjadi baik karena kerjasama, mereka menjadi baik karena doa dan perjuangan. 15 tahun waktu yang masih singkat untukku belajar, karena masih banyak kata tanya dalam benak ku untukku tau jawabannya, karena tiap anak berbeda satu dengan yang lainnya. 
Dan didalam 15 tahun ini mengenal dan dekat mereka adalah anugerah luar biasa. Dipercaya untuk mengenal dan dekat dengan mereka, berproses bersama mereka, berjuang bersama mereka, dan berubah bersama mereka. 
Perubahan tidak ada yang instan, perubahan terjadi karena proses dan konsistensi. Perubahan karena hati. Terima kasih murid2ku...wow, ternyata kalian luar biasa ya, karena kalian aku mendapat pekerjaan, karena kalian aku menjadi pribadi yang sabar, karena kalian aku menjadi pribadi yang jujur, karena kalian aku menjadi pribadi yang tulus, karena kalian aku dibentuk dalam hidupku. Dan karena kalian aku masih harus terus belajar tentang itu semua. Terima kasih untuk tetap memotivasi ku. Terima kasih Tuhan, terima kasih anak-anakku. I love u All. 


Riska Timothy
#seumurhidupkuakukanberjalanbersamakalian. I love u. Autis awarness