Minggu, 04 Agustus 2013

Cara mengatasi Tantrum

CARA MENGATASI PERILAKU TANTRUM
(Pengulangan karena banyak yang request)

Tantrum adalah Suatu keadaan dimana seorang anak (Autism) memiliki keinginan yang tinggi terhadap sesuatu lalu terbentur keadaan yang mengakibatkannya tidak memperoleh kiinginannya itu dalam waktu cepat (time deley, atau penolakan). Plus kemampuan yang tidak mencukupi dalam mengungkapkan keinginan atau kebutuhan “dalam bentuk kata-kata”.
Ada dua strategi yang bisa kita jalani saat menghadapi perilaku tantrum pada anak Autism:
Strategi proaktif:
1. Perilaku itu sesuatu hasil belajar oleh karenanya perilaku bisa diprediksi maka sebelum perilaku bermasalah itu muncul kita buat langkah antisipasinya… (contoh: siapkan makanan sebelum anak bangun agar dia tidak tantrum karena merasa lapar)

2. Keamanan - diri anak dan keamanan diri orang lain diperlukan agar tidak ada yang cedera serius pada saat anak beraktifitas.Hindari benda-benda yang bisa membahayakan pada saat anak tantrum (Contoh: Pisau didekat anak, benda padat yang mungkin bisa dilempar).

3. Batasi/hindari /kurangi efek dari sebab yang bisa meyebabkan perilaku tantrum. (Contoh: Anak sering tertawa-tawa sendiri setelah mendengarkan music/menonton film...lalu terjadi prilaku obsesif sehingga anak-anak kecanduan terhadapnya shg klo gak di kasih tantrum)

4. Ajarilah cara berkomunikasi yang tepat. (Contoh: anak sering teriak-teriak dengan bahasa yang tidak dimengerti/memukul orang yang ada didekatnya/membenturkan kepala saat menginginkan sesuatu, Ajari anak untuk mengucapkan kata:” mau kue” reward usahanya sekecil apapun hasilnya)

5. Desainlah lingkungan sesuai dengan kondisi anak. (contoh : meminimalisasi piring/gelas kaca agar anak tidak mendapatkan kesenangan melempar piring/gelas yang terbuat dari kaca)

6. Buatkan jadwal Visual agar anak bisa memprediksi setelah ini dia akan melakukan apa?

Strategi Reaktif:
1. Jangan biarkan perilaku bermasalah itu mengalami penguatan mencegahnya sebelum terjadi akan membuat keadaan menjadi lebih baik. (Contoh: jangan biarkan anak sampai merasakan sensasi dapat memukul tangkap tangan anak sebelum mencapai tubuh kita)
2. Mengabaikan perilaku yang sudah mengalami penguatan agar perilaku yang sudah mendapatkan penguatan itu melemah efektifitasnya
3. Batasi akses ke material
4. Bantu mereka untuk dapat melakukan perilaku yang tepat dan beri imbalan untuk memperkuat perilaku yang diharapkan
5. Alihkan perilaku mereka agar melakukan kegiatan yang lebih tepat