Minggu, 20 November 2016

Merencanakan Anak Berkebutuhan Khusus Field Trip dengan senang.

Merencanakan Anak-anak Berkebutuhan Khusus Field Trip dengan senang

Mendengar sekolah atau tempat terapi akan mengadakan field trip bersama-sama teman-teman sekolahnya atau teman2 di tempat terapi, biasanya bermacam-macam pikiran langsung mengganggu benak orang tua terutama ibu. Bagaimana kalau anak tantrum, bagaimana bila dia melakukan hal2 yang mengganggu orang lain, bagaimana bila guru atau terapis kewalahan mengatasinya, dan masih banyak lagi kekuatiran berkecamuk.

Adapun tujuan yang dilakukan dari field trip pada Anak Berkebutuhan Khusus ini adalah :
1.
Membangun sosilisasi sebagai pengembangan dari materi atau program yang anak jalani selama terapi. (Saling menyapa, spontanitas, pengamatan lingkungan, dll)
2.
Mengembangkan kemampuan khsusunya di perilaku dan komunikasi dan disesuaikan dengan kemampuan tiap2 anaknya. (sikap anak, kepatuhan terhadap instruksi atau perintah, kemampuan menceritakan peristiwa atau pengalaman, menceritakan apa saja yang dilihatnya, dll)
3.
Melatih kemandirian anak (kemandirian dalam proses berjalan tenang, mempersiapkan peralatan sendiri bila ada kegiatan seperti berenang atau makan dan minumnya, dll)

Persiapan yang harus dilakukan :
1.
Cari informasi
-
lokasi field trip
-
kondisi aman atau tidaknya bagi anak
-
waktu dilaksanakan field trip
-
transportasi yang akan digunakan
-
aktifitas apa saja yang dilakukan disana
hal ini penting untuk mempersiapkan perbekalan anak. Misalnya lokasi dingin akan dibawakan jaket, dll.

2.
Beri Pengertian
Visualisasikan dan menyampaikan informasi secara berulang minimal 2-3 minggu sebelum filed trip. Hal ini untuk memberi pemahaman kepada anak dan memberi pesan bagaimana anak harus bersikap saat field trip bersama terapisnya.

3.
Bekal yang tepat
Membawakan bekal makanan dan minuman yang biasa anak konsumsi, bila ada suplemen yang akan dikonsumsi juga sekalian dibawakan dan diinfokan kepada terapis yang bertanggungjawab memegang anak selama field trip.

4.
Baju ganti
Membawakan baju dan celana pengganti untuk mengantisipasi bila bajunya kotor.

5.
Kantong Plastik
Selipkan satu atau dua kantung plastik di dalam tas anak untuk dipakai sebagai kantung muntah atau menyimpan baju kotor. Bisa juga ditambah tisue basah dan kering.

6.
Ajak anak untuk menyusun perbekalannya
Mengajak anak untuk menyusun perbekalan membantu anak mengingat apa saja yang dibawanya. Bisa juga dengan menuliskannya, bila anak masih ada masalah dengan memori kemampuan mengingat.

7.
KONTAK GURU.
Sangat penting menyimpan nomor telepon guru pendamping di daftar kontak handphone kita, 
agar bisa menghubunginya pada saat darurat, serta memastikan anak-anak baik-baik saja sepanjang perjalanan.
Sampaikan juga pada guru pendamping untuk tidak sungkan menghubungi kita, kapan saja diperlukan.

Kesiapan anak ketika field Trip :
1.
Perilaku dasar meliputi Kepatuhan, kontak mata, kemampuan menunggu tanpa melakukan aktifitas/antri.
2.
Kontrol diri (saat marah atau tantrum)
3.
Komunikasi dasar  berupa pertanyaan sosial..bila terjadi sesuatu. Atau memberi label nama.

Persiapan yang terapis lakukan sebelum anak berangkat field Trip yaitu dengan terapi perilaku.
1.
Duduk tenang tanpa aktifitas
2.
Menoleh saat dipanggil
3.
Paham kata “STOP” atau “Lari”
4.
Patuh bila mendapat perintah
5.
Berdiri tegak tanpa aktifitas
6.
Menjawab pertanyaan sosial (nama, alamat, no telepon, nama orang tua, dll)
7.
Etika dan spontanitas dasar : Terima kasih, Maaf, Permisi, Aduh
8.
Fokus
9.
Bergandengan tangan tanpa melepaskan tangan teman
10.
Latihan jalan2 sekitar
11.
Membawa benda tanpa melepaskannya
12.
Paham orang terdekat

Diharapkan dengan latihan-latihan ini...dapat mempersiapkan anak melakukan field trip dengan senang tanpa ada hambatan di perilaku anak. Meminimalkan perilaku dengan konsistensi latihan minimal 6-12 bulan sebelum kegiatan field trip diagendakan.
Mari mempersiapkan mereka bersosialisasi dengan riang.

 Riska Timothy - Sangkakala November 2016 (Sumber LRD-pengalaman pribadi) 
Abc Movement

Sabtu, 09 April 2016

Autisme dan pola makan

Untuk diketahui 

85 % orang tua melakukan Diet terhadap putra putrinya yang menyandang Autisme. Bahkan penyandang autisme dewasa pun masih juga menjalankan dietnya walaupun kemampuan komunikasi, interaksinya berkembang. Namun ada juga yang masih belum menjalankan diet dengan berbagai alasan. Namun perlu kita ketahui, hasil dari anak menjalankan diet lebih terlihat khususnya di dalam perilaku. 

Mengapa Diet? 
1. Gangguan Pencernaan (Sulit buang Air besar, diare, bentuk tinja yang tidak bagus, frekuensinya) 
2. Gangguan kesehatan yang terus menerus (batuk, pilek, radang tenggorokan, jamur di mulut, dll)
3. Gangguan konsentrasi
4. Gangguan perilaku (kepatuhan, kehidupan sosial) 
5. Ada riwayat Alergi 
6. Untuk kesehatan (orang normal dewasa pun juga menjalankan diet untuk menghindari dari penyakit yang berbahaya seperti diabet, asam urat, kolesterol, dll) 

Gluten : tepung terigu dan turunannya (biskuit, mie, roti, dll)
Dapat ditemukan pada : gandum, rye, barley, bulgar, dan biji - bijian lainnya. Juga ditemukan di Pati makanan, beberapa cuka, kecap, saus terlayani, perasa, warna buatan, dan pewarna. 
Gluten jika tercampur air akan berubah menjadi bahan yang lengket seperti lem. Dalam pencernaan lem ini akan mempersulit pencernaan dan penyerapan nutrisi. Bila sudah pekat dan sulit dicerna, gluten merangsang pertumbuhan bakteri jahat yang menimbulkan gas, toksin (racun), sembelit, kembung dan diare. 
Dr. Reichelt secara konsisten dalam contoh urine penyandang Autisme ternyata seperti heroin. Ia lalu membuat hipotesis bahwa gejala-gejala fisik yang tampak pada penyandang Autisme hampir sama persis dengan yang tampak pada kasus penderita penyalahgunaan heroin atau morphin. Sehingga jika makanan itu dihilangkan berarti gejala yang timbul akan membaik. 

Kasein 
Protein yang ditemukan dalam susu dan makanan yang mengandung susu, seperti keju, krim, mentega, yogurt, es krim, dan beberapa merk margarin. Hal ini juga dapat ditambahkan ke produk non susu seperti keju, kedelai dan hot dog dalam bentuk caseinate. 

Menurut salah satu teori, beberapa orang dengan spektrum autisme tidak bisa benar mencerna Gluten dan kasein yang membentuk pengidap atau zat yang bertindak sebagai opsi at dalam tubuh mereka. (Googling yah bila kurang paham) 
Para peptide ini mengubah perilaku seseorang, persepsi dan tanggapan terhadap lingkungannya. 
Serpihan yang tidak tercerai dengan sempurna yaitu peptide seharusnya dibuang melalui urine. Namun pada penyandang autisme, sebagian peptide ini diserap kembali ke usus, masuk aliran darah, menembus dinding pemisah otak dan masuk ke jaringan otak yang disebut lekat Gutawa (usus yang bocor) 
Di otak peptide ini disergap oleh reseptor optimis dan berubah menjadi morphin, yaitu caseomorphin dan gluten morphin. Fungsi otak menjadi kacau dan yang terkena adalah fungsi kognitif, reseptif, atensi dan perilaku. 

Tanda peptide yang tinggi dalam tubuh : 
1. Mengalami rasa sakit
2. Susah buang air besar
3. Pupil mata mengecil
4. Suka berhalusinasi
5. Cara berjalan yang perlahan
6. Lemahnya penglihatan di malam hari
7. Pernapasan melambat
8. Gatal -gatal
9. Tidak merasakan lapar, sakit, takut, dingin

Itulah sebabnya mengapa jika makanan ini dihilangkan maka gejala'-gejala akan menghilang. Dari beberapa penelitian pemberian diet tanpa gluten dan kasein ternyata memberikan respon yang baik terhadap 81 % anak autisme. 

Gula
Gula dipakai untuk jamur menjadi berkembang biak. Stop gula ya. 
Selain itu gula menjadi energi baru untuk semakin hiperaktif. Melompat -lompat, kurang fokus, stimming berlebihan, tidak patuh, kurang fokus, emosi tak terkendalikan marah tanpa sebab, menangis dan tertawa tanpa sebab, tantrum dengan menyakiti diri sendiri.  

Masalah lain adalah. PENCERNAAN
Tanda fisik anak memiliki jamur berlebihan di saluran cerna : 
1. Lidah putih
2. Napas berbau
3. Kentut berbau
4. Bab nya berbau (Buang Air Besarnya berbau)
5. Anusnya merah
6. Perut sering kembung dan banyak gas
7. Keputihan pada wanita baik anak, remaja maupun dewasa

Mengapa anak berjamur : 
1. Karena sering sakit
2. Karena sering minum antibiotik sehingga bakteri baik terbunuh
3. Karena jamur membuat toksin yang melemahkan sistem kekebalan tubuh kita menurun, sehingga diserang peradangan dan infeksi
4. Banyak makan gula, manis, kecap, dll

Alergi
Hal lain yang diduga berperan pada masalah autisme adalah alergi dan intoleransi makanan. Gejalanya :
1. Sakit kepala, sakit perut
2. Diare
3. Mual
4. Cengeng
5. Hiperaktif
6. Agresif
7.Gampang marah
8. Infeksi telinga
9. Sulit tidur
10. Terbangun di malam hari
11. Dll. 

Bila ada tanda atau gejala di atas, silahkan konsultasi kepada ahlinya. Ahli nutrisi, psikolog, dokter yang paham tentang Autisme

Mari pahami. Peduli Anda sangat berarti bagi penyandang Autisme. Stop KATA AUTISME SEBAGAI BAHAN EJEKAN. 

Salam Peduli

Sumber. LRD Bu Any Sonata dan Autisme dan Pola Makan (Rosemary kessick)

Kamis, 25 Februari 2016

Melengkapi angka

Melengkapi angka 
Tujuannya : 
1. Anak paham angka (melewati fase identifikasi/melabel angka, urutan angka).
2. Anak memahami konsep sebelum dan sesudah.
3. Anak memahami mengisi kolom yang kosong dengan urutan angkanya.
4. Sebagai dasar konsep penjumlahan dan pengurangan.
5. Spontanitas "Sudah" bila anak sudah menyelesaikannya.
6. Anak mampu mengerjakan dengan mandiri hingga selesai. 

Aktifitas sebelumnya :
1. Melabel angka 
2. Mengurutkan angka
3. Siap menulis, memegang pensil dengan benar
4. Paham instruksi
5. Mampu dalam kemampuan menghitung/membilang (hanya menyebutkan belum masuk konsep penjumlahan) 
6. Dot to dot (urutan angka dengan menarik garis)
7. Imla angka

Aktifitas sesudahnya : 
1. Konsep banyak sedikit, lebih besar lebih kecil
2. Menggambar sesuai jumlah
3. Konsep penjumlahan (hitung maju)
4. Konsep pengurangan (hitung mundur)

Melengkapi angka 
Tujuannya : 
1. Anak paham angka (melewati fase identifikasi/melabel angka, urutan angka).
2. Anak memahami konsep sebelum dan sesudah.
3. Anak memahami mengisi kolom yang kosong dengan urutan angkanya.
4. Sebagai dasar konsep penjumlahan dan pengurangan.
5. Spontanitas "Sudah" bila anak sudah menyelesaikannya.
6. Anak mampu mengerjakan dengan mandiri hingga selesai. 

Aktifitas sebelumnya :
1. Melabel angka 
2. Mengurutkan angka
3. Siap menulis, memegang pensil dengan benar
4. Paham instruksi
5. Mampu dalam kemampuan menghitung/membilang (hanya menyebutkan belum masuk konsep penjumlahan) 
6. Dot to dot (urutan angka dengan menarik garis)
7. Imla angka

Aktifitas sesudahnya : 
1. Konsep banyak sedikit, lebih besar lebih kecil
2. Menggambar sesuai jumlah
3. Konsep penjumlahan (hitung maju)
4. Konsep pengurangan (hitung mundur)

5. Imitasi 2-7 digit angka

Sabtu, 06 Februari 2016

Melepas anak di sekolah reguler tanpa Shadow.

Melepas anak di sekolah reguler tanpa Shadow memang agak susah, mengingat dalam tiap tumbuh kembangnya selalu ada masalah dalam kemampuan anak. Namun, bila orang tua mulai berani mencoba mengambil langkah ini, perlu dapat respon positif terutama di dalam mengambil keputusan. 
Langkah - langkah yang perlu dipersiapkan sebelum Shadow lepas dari anak adalah...
1. Shadow mencatat kelemahan anak di kelas, misalnya menjawab bersama-sama, atau maju ke depan mengumpulkan tugas, dll. Tujuannya dicatat untuk mengajarkan kembali dalam sessi terapi atau di rumah tentang kelemahan tersebut. 
2. Bekerjasama dengan guru dan mengajari guru untuk bagaimana tehnik-tehnik mengatasi anak dan kemudian melaporkan kelemahan-kelemahan anak untuk dilatihkan di rumah atau sessi terapi. 
3. Bila mulai melepas, jangan langsung dilepas begitu saja seandainya ada Shadow di dalam kelas sebelumnya. Namun Minggu demi Minggu dikurangi secara perlahan sampai tidak menggunakan Shadow sama sekali. 
Bila mulai melepas dari kesehariannya terapi menuju ke sekolah dan tanpa Shadow, hendaklah orang tua memberi masukan kepada guru mengenai kelemahan anak dan bagaimana mengatasinya. 
5. Orang tua menjalin komunikasi dengan teman-teman anak dan orang tua anak yang lain, jadi sebaiknya untuk awal-awal masuk orang tua bisa coba tuh kumpul-kumpul bersama orang tua yang lain di sekolah walau sekedar rumpi namun tujuannya untuk kepentingan anak. 
6. Mengalihkan kinerja Shadow kepada teman-temannya, supaya ketika anak mulai dilepas ada tenan-temannya yang peduli dan membantu kesulitan anak. 
7. Mengajari fokus atau tips mengatasi anak distraksi....dengan memberi latihan-latihan kepada anak seperti misalnya bagaimana anak tetap bisa belajar walau ada suara-suara lain. 
a. Latih dengan kemampuan kontak mata terlebih dahulu. Ajarkan belajar secara klasikal dan tidak di dalam ruangan seorang diri bersama dengan terapis. Libatkan seluruh anggota keluarga untuk melatih kemampuan konsentrasi anak. Misalnya belajar sambil televisi menyala, atau belajar tapi banyak orang berlalu lalang, belajar dengan berbagai macam corak yang dilihat anak. Benda-benda tersebut jangan diberikan secara bersamaan, tetapi perlahan-lahan memasukkannya sampai anak tetap fokus dalam pelajarannya walau banyaknya orang yang lewat atau banyaknya lemari atau buku-buku di sekelilingnya. Tingkatkan kesulitannya. 
b. Latih dengan kemampuan di pendengaran, ketika belajar masukkan suara-suara musik pelan. Gunakan musik klasik dan tingkatkan jenis musiknya, bisa dengan musik lagu-lagu anak- anak, suara-suara orang berbicara, suara sepeda kotor lewat, suara gitar, maracas, dll. Apakah anak tetap bisa fokus di dalam belajarnya. Perkecil volume terlebih dahulu dan kemudian tingkatkan. 
c. Latihan berbicara atau menjawab serentak bisa dilakukan dengan : latihan bernyanyi..ketika anak bernyanyi coba ikuti, 
Libatkan juga anggota keluarga yang lain, beri pertanyaan dan ketika anak mulai menjawab coba papa atau mama, atau sepupu mengikuti juga. Cuek terhadap respon anak ketika anak mulai bingung. Tapi bila Responnya kuat misalnya hingga tantrum Karena merasa terganggu, berarti perkecil jumlah orang yang mengikuti kemudian tingkatkan. 
D. Latihan kemampuan memperhatikan : latih kontak mata jarak dekat hingga jarak jauh, untuk kemampuan melihat guru di depan dan juga mendengar guru di depan kelas. Juga memahami perintah sederhana. Beri tugas-tugas kecil seperti kumpulkan, maju ke depan, tugas kelompok, bagikan, dll. 
Latih Imla jarak dekat juga jarak jauh..untuk latihan mencongak nantinya. 

Latihan latihan kecil cukup membantu memberi fokus pada anak seperti : 
1. Lempar tangkap bola (atur jarak dekat ke jauh) 
2. Brain Gym
3. Mendrible bola dan beri tanda pada lantai
4. Menyulam sambil duduk di atas bola
5. Meronce sambil duduk di atas bola
6. Mendrible bola sambil bernyanyi
7. Melempar bola ke keranjang sambil mendengar musik 
8. Mewarna sambil menonton TV


Catat dan buat target PR untuk melatih kan tiap kemampuan perkembangan anak. Bila dirasa masih susah...tarik mundur. Hati-hati dengan ambisi...bentuk kemampuan anak dengan tujuan dan Goal, perlu proses dan bertahap, tidak ada yang instan. Rayakan bila berhasil...:)

Rabu, 18 Maret 2015

Batu Malang bocah Ferrari

Setiap ada pertemuan, selalu ada ilmu yang harus bisa diserap. Kali ini saya diberi kesempatan untuk bertemu keluarga hebat. Walau harus menempuh perjalanan ke Malang, tak menyurutkan hati saya untuk bertemu keluarga hebat ini yang juga jauh-jauh datang dari Bogor. Namanya BU Ade dari Bogor, ibu dari Kakak Radit si bocah Ferrari. Mengapa disebut demikian, karena kecintaannya pada alat transportasi, baik itu mobil dan motor.
Berangkat pukul 8 pagi menuju ke kota Batu Malang. Beberapa kali dalam perjalanan mobil yang saya tumpangi bersama suami dan anak saya ini terjebak dalam kemacetan lalu lintas karena ada kendaraan lain yang mogok di tengah dan juga sebuah truk yang muatannya terjatuh di jalan. Singkat waktu saya tiba di batu pukul 11.30 siang. Kami sekeluarga berhenti di sebuah depot untuk makan siang terlebih dahulu.
12.15 akhirnya saya bertemu dengan bocah Ferrari. Wow luar biasa...sapaan hangatnya, pelukan ramahnya saat kami berjumpa. Tatapan matanya sih tidak melihat untuk pertama kali, namun sapaan "hai" masih terngiang di telinga saya. Sepanjang perjalanan kami menikmati pemandangan dan rute di eco Green. Banyak yang saya dapat dari pertemuan hebat ini. Saya diajarkan akan konsistensi yang harus orang tua tetap berikan kepada anak mereka sendiri bila ingin anak mereka bertumbuh dengan keluarga yang peduli. Saya diajarkan tentang kedekatan seorang ayah kepada anak lelakinya...sederhana saja sih, layaknya seorang anak yang bermanja-manja pada orang tuanya dengan ketulusan, kedua orang tuanya bahkan adiknya memperhatikan kakak yang spesial ini. Saya diajarkan tentang kepercayaan, bahwa memberi kepercayaan kepada anak adalah hal yang terbesar bagi sang anak untuk mereka berjuang maju. Dengan memberi kepercayaan maka rasa percaya diri pada anak pun mulai terbentuk. Kakak radit seringkali hilang dari pandangan kedua orang tuanya, tetapi seiring dengan sering hilangnya maka sering pula dia menampakkan diri untuk kembali kepada kedua orang tuanya. Wowww, hal yang luar biasa. Saya diajarkan tentang ketulusan seorang adik
yang ikut andil dalam menjaga kakaknya yang spesial ini. Menjadi hebat, menjadi semangat walau mungkin di benaknya banyak pertanyaan-pertanyaan seiring dengan tumbuh kembangnya sebagai seorang adik. Namanya Icha....ketika kakaknya pergi agak jauh, maka si adik ini mengikutinya. Dan beberapa kali memanggil kakaknya supaya jangan jalan jauh-jauh. Berebut itu pasti, ketika mereka memakai kendaraan kecil yang disewa dalam perjalanannya mengikuti rute di Echo Green Park. Tapi kedua orang tua ini sudah punya strategi untuk bergantian satu dengan yang lain. Hehehe jam berlaku untuk proses bergantiannya.
Keluarga ini sangat menikmati liburannya, beberapa wahana kita ikuti, Bernice pun juga menjadi dekat dengan KAK Icha. Bermain bersama dan sangat menyenangkan.
Sayangnya waktu tak banyak untuk pertemuan ini, namun kami sangat bersyukur waktu yang singkat kami justru belajar banyak hal tentang pola pengasuhan. Bahwa semua kuncinya adalah kepercayaan dan dukungan orang tua dan keluarga untuk menjadikan pribadi anak spesial ini bertumbuh dan berkembang layaknya anak-anak pada umumnya. Penerimaan diri sepenuhnya dan total serta tidak menunjukkan rasa kuatir di depan anak ketika anak melakukan sesuatu, itu membuat kepercayaan diri anak meningkat, hehehe walau sebenarnya pikiran dan hati berkecamuk dan berperang untuk memfasilitasi anak.
Terima kasih buat keluarga BU Adhe Racha Sovyani yang sudah menambah ilmu buat kami dalam pola asuh tumbuh kembang anak dan penerimaan keluarga. Kiranya menjadi inspirasi bagi kebanyakan orang tua, bahwa terapis terbaik tetap orang tua.
Sampai jumpa di lain hari bila diizinkan kembali tuk bertemu. Love u All.

Riska Timothy

Hidupku untuk mereka

Namanya Ito....ketika aku menjumpai pertama pulang sekolah setelah turun dari mobilnya, segera dia lari dan kemudian melepas sepatunya dan tanpa memandangku sedikitpun dia meneruskan masuk ke dalam kamarnya untuk melompat di trampolin selama 10 menitan dan kemudian baru melepaskan baju seragamnya untuk segera berganti dengan baju rumahnya. Dan setelah itu kemudian meletakkan baju tersebut dalam keranjang baju kotor dan bergegas menuju ke meja makan sambil menunggu makanan yang dihidangkan. Tanpa sepatah kata pun dia hanya melihat ke kanan dan ke kiri lalu melihat piring yang masih kosong berharap makanan segera datang. Tak lama kemudian makanan datang dengan lahapnya menyantap makanan di hadapannya walau menu yang tersedia hanya nasi merah dengan ikan goreng serta sayur manisa kuah bawang putih saja. 
Selesai makan dan minum, dengan mandiri membawa piring ya ke belakang dan kemudian masuk ke kelas terapi, bermain otopet sebentar dan siap belajar. Bersama dengan terapisnya dia belajar dengan segala program yang diberikan. "Riska sementara kamu assisten saya ya" kata terapisnya. Saya siap. 
15 tahun yang lalu aku mulai belajar apa itu Autis, 15 tahun yang lalu Ito berusia 5 tahun dan kini sudah berusia 20 tahun, berbeda dengan dulu, sekarang Ito bertumbuh dewasa dan paham komunikasi, walau saya hanya 6bulan mendampinginya utk kemudian dipindah ke Centre lain dan belajar dengan banyak anak2 dari usia anak hingga remaja dan dengan keunikan masing-masing. 15 tahun lalu saya bertanya mengapa harus menyakiti diri sendiri, mengapa harus menyerang, mengapa harus melakukan kegiatan dengan diulang-ulang, mengapa harus menjajarkan sesuatu, mengapa harus melakukan hal yang sama, mengapa tidak mau ada perubahan, dan masih banyak tanya mengapa. Sekarang jawaban itu sudah ku dapatkan...mereka menjadi baik karena penanganan yang konsisten, mereka menjadi baik karena kontrol dari lingkungan, mereka jadi baik karena cinta dan sayang orang sekitarnya, mereka menjadi baik karena pengakuan, mereka menjadi baik karena kerjasama, mereka menjadi baik karena doa dan perjuangan. 15 tahun waktu yang masih singkat untukku belajar, karena masih banyak kata tanya dalam benak ku untukku tau jawabannya, karena tiap anak berbeda satu dengan yang lainnya. 
Dan didalam 15 tahun ini mengenal dan dekat mereka adalah anugerah luar biasa. Dipercaya untuk mengenal dan dekat dengan mereka, berproses bersama mereka, berjuang bersama mereka, dan berubah bersama mereka. 
Perubahan tidak ada yang instan, perubahan terjadi karena proses dan konsistensi. Perubahan karena hati. Terima kasih murid2ku...wow, ternyata kalian luar biasa ya, karena kalian aku mendapat pekerjaan, karena kalian aku menjadi pribadi yang sabar, karena kalian aku menjadi pribadi yang jujur, karena kalian aku menjadi pribadi yang tulus, karena kalian aku dibentuk dalam hidupku. Dan karena kalian aku masih harus terus belajar tentang itu semua. Terima kasih untuk tetap memotivasi ku. Terima kasih Tuhan, terima kasih anak-anakku. I love u All. 


Riska Timothy
#seumurhidupkuakukanberjalanbersamakalian. I love u. Autis awarness 

Sabtu, 24 Januari 2015

Shadow

Hari ini ngobrol dengan seorang guru yang pernah menjadi Shadow Teacher dari suatu sekolah. Rekomendasinya sekolah, namun ditawarkan ke orang tua...guru tersebut menjadi Shadow selama 3 tahun dengan benar2mendampingi anak. Kemana anak pergi disitu shadownya berada. Hasil ulangan, menulis, mengerjakan tugas semua dikerjakan oleh shadownya. Selama 3 tahun berjalan, namun anak bukan semakin mandiri, melainkan perkembangan tetap dan masih belum dianggap mampu mengerjakan tugas. Duduk kurang bisa bertahan lama, dan selalu berjalan-jalan kemana saja. Dengan bijak, akhirnya Shadow mengundurkan diri setelah di tahun ke 3, karena aktifitasnya hanya rutinitas tanpa perkembangan. Laporan ke orang tua juga standart sama di tahun pertama. Pihak sekolah cukup merasa terbantu, namun sejauh mana mereka juga bingung. Shadow sendiri tidak dibekali ilmu apa yang harus dilakukan, dan apa yang harus disampaikan sebagai suatu masalah. 
Nah kalau begini....apa yang mau dikejar, apa beda Shadow dengan babby sitar atau sopir yang mendampingi anak tiap harinya ? 
anak terapi namun kurang ada kesinambungan antara orang tua, Shadow, dan pihak sekolah. 

Tentang Shadow : 
1. Shadow adalah seorang terapis (orang tua atau profesional yang mengerti tumbuh kembang anak), tau struktur kemampuan anak. 
2. Shadow menjadi jembatan antara anak, guru dan orang tua dalam mencari masalah yang terjadi di kelas untuk kemudian dicari solusinya dalam sistem terapi. 
3. Shadow mencatat perkembangan anak tiap harinya dan wajib mempunyai Goal kemandirian anak saat memasuki jenjang sekolah. 
4. Shadow berhak memberikan informasi kondisi anak tiap harinya dan berbagi tugas dengan guru kelas untuk memantau perkembangan anak. Tugas guru tetap pada porsinya memberi aturan kepada semua siswa tanpa membedakan. Shadow menjembatani guru ke anak dengan menyederhanakan instruksi. 
5. Shadow juga berhak melaporkan hasil anak dengan jujur, bilamana dikerjakan sendiri atau setengah dibantu atau dibantu penuh dengan memberikan penjelasan pada setiap soal yang diberikan. 
6. Shadow melaporkan hasil akhir dengan laporan harian kepada orang tua, untuk dicarikan solusi baik di tempat terapi maupun di rumah, sehingga ada kesinambungan. 
7. Bila anak sudah mandiri, perlahan Shadow kurangi intensitas pendampingan kepada anak. Mulailah dengan duduk di kursi jarak jauh, atau saat anak berbaris atau bermain, dampingi jarak jauh. Bila tidak ada yang membahayakan, maka biarlah anak bermain dengan teman2nya. 
8. Shadow saat istirahat perannya lebih tinggi, karena menjadi jembatan anak juga kepada teman-temannya. Programkan apa yang harus anak lakukan...misalnya menyapa teman setiap pagi, Bila sudah mampu, tingkatkan membagi buku ke pada teman2nya. Apakah anak mengingat satu Persatu temannya, tingkatkan lagi dengan menawarkan bekal kepada teman-temannya dan lain-lain. Shadow berhak mengakrabkan diri dengan teman sekelas, lain kelas, dengan kakak kelas dan adik kelas, sehingga anak memiliki rasa sosial tinggi kepada teman-temannya, dan juga dapat menumbuhkan empati teman2nya ke anak. 
9. Shadow mencatat masalah anak misalnya : apakah anak sudah bisa maju ke depan dengan perintah untuk menyanyi? Bagaimana posisinya/berdirinya? Apakah berdirinya tegak, atau berdirinya bersandar pada guru ya/Shadow yang memegang? Apakah anak sudah mandiri mengumpulkan tugas ke depan, apakah anak sudah mandiri mengambil alat tulisnya ketika diberi perintah jarak jauh, apakah anak mampu berkomunikasi dengan menawarkan makanan saat makan di istirahatnya, bagaimanakah proses anak ketika berada di toilet? Apakah anak sudah bisa berbaris rapi, apakah anak mau menunggu, apakah anak mau dirolling tempat duduknya di tiap minggunya? Dan lain-lain. Itu adalah bentuk masalah yang harus diselesaikan pada jam-jam terapi.

Masih banyak lagi tugas Shadow di dalam atau di luar kelas dengan Goal kemandirian anak dalam masyarakat. Ingat Shadow bukan babby Sitter, namun memiliki kedudukan sebagai tema dalam tumbuh kembang anak. Dan fokus kepada sosialisasi dan bersikap dalam masyarakat. Bukan pada akademiknya. 
Semoga menjadikan pemahaman bagi orang tua, guru, masyarakat dalam memahami fungsi Shadow. 

Riska Timothy
Salam Peduli.