Dr Rudi Sutadi Wrote :
1. Tentang AUTISME
Banyak bayi-bayi autistik yang berbeda sejak lahir. Dua ciri umum yaitu
mereka menghindari kontak fisik misalnya dengan membengkokkan
punggungnya sehingga menjauhi orangtuanya/pengasuhnya, dan tidak
bereaksi jika akan diangkat/digendong. Pada masa bayi, mereka mungkin
terlihat pasif atau mungkin terlihat bergerak-gerak berlebihan. Yang
dimaksud dengan bayi pasif yaitu mereka yang hampir
sepanjang waktu sangat tenang. Sedangkan bayi yang bergerak berlebihan
merupakan bayi yang tidak mau diam, kadang dalam tempo yang panjang saat
mereka bangun, dan banyak yang bergoyang-goyang (rocking) atau
membentur-benturkan kepalanya (head banging).
Dalam tahun pertama
kehidupan, sebagian bayi perkembangan motoriknya mungkin normal, dan
sebagian lainnya agak terlambat. Kemudian semakin besar, anak-anak
autistik akan semakin terlihat terbelakang dibandingkan anak-anak
seusianya pada bidang komunikasi, ketrampilan sosial, dan pemahaman.
Selain itu, timbul perilaku-perilaku yang disfungsional seperti
stimulasi diri (yaitu perilaku yang berulang-ulang dan tanpa tujuan,
seperti bergoyang-goyang ke depan-belakang/rocking, mengepak-ngepakkan
tangannya/hand-flapping), melukai diri sendiri/self-injury (misalnya
menggigiti tangan, membentur-benturkan kepala/head-banging), masalah
tidur dan makan, kontak mata buruk, kebal terhadap rasa sakit,
hiper/hipo-aktif, dan tidak berperhatian.
2. Tentang AUTISME
Banyak bayi-bayi autistik yang berbeda sejak lahir. Dua ciri umum yaitu
mereka menghindari kontak fisik misalnya dengan membengkokkan
punggungnya sehingga menjauhi orangtuanya/pengasuhnya, dan tidak
bereaksi jika akan diangkat/digendong. Pada masa bayi, mereka mungkin
terlihat pasif atau mungkin terlihat bergerak-gerak berlebihan. Yang
dimaksud dengan bayi pasif yaitu mereka yang hampir
sepanjang waktu sangat tenang. Sedangkan bayi yang bergerak berlebihan
merupakan bayi yang tidak mau diam, kadang dalam tempo yang panjang saat
mereka bangun, dan banyak yang bergoyang-goyang (rocking) atau
membentur-benturkan kepalanya (head banging).
Dalam tahun pertama
kehidupan, sebagian bayi perkembangan motoriknya mungkin normal, dan
sebagian lainnya agak terlambat. Kemudian semakin besar, anak-anak
autistik akan semakin terlihat terbelakang dibandingkan anak-anak
seusianya pada bidang komunikasi, ketrampilan sosial, dan pemahaman.
Selain itu, timbul perilaku-perilaku yang disfungsional seperti
stimulasi diri (yaitu perilaku yang berulang-ulang dan tanpa tujuan,
seperti bergoyang-goyang ke depan-belakang/rocking, mengepak-ngepakkan
tangannya/hand-flapping), melukai diri sendiri/self-injury (misalnya
menggigiti tangan, membentur-benturkan kepala/head-banging), masalah
tidur dan makan, kontak mata buruk, kebal terhadap rasa sakit,
hiper/hipo-aktif, dan tidak berperhatian.
3. Tentang AUTISME :
Suatu ciri yang umum pada autistik yaitu kegigihannya terhadap hal yang
sama terus (‘insistence of sameness’ / ‘perserverative’ behavior).
Banyak anak yang menjadi sangat berlebihan terhadap suatu rutinitas,
yang jika berubah sedikit saja akan menyebabkan mereka bingung/terganggu
atau mengamuk. Beberapa contoh, misalnya makan dan/atau minum tertentu
yang sama terus, memakai pakaian
tertentu, ingin melalui jalan yang sama terus. Salah satu penyebabnya
adalah ketidakmampuan mereka untuk memahami atau mengatasi situasi yang
baru.
Sebagian anak autistik menunjukkan gangguan/masalah pada satu
atau beberapa inderanya, yaitu meliputi pendengaran, penglihatan, taktil
(perabaan/sentuhan), pengecapan, keseimbangan, penciuman, dan
proprioseptif/vestibular (penginderaan pada otot, urat/tendo, sendi, dan
organ keseimbangan, yang mendeteksi gerakan serta posisi tubuh dan
anggota badan). Masalah penginderaan tersebut mungkin sebagai
hipersensitif atau bahkan hiposensitif. Sehingga menyebabkan penyandang
autisme kesulitan dalam mengolah informasi rangsangan yang ada, sebagai
contoh, ada penyandang autisme yang menghindari segala bentuk kontak
tubuh, sedangkan yang lainnya tahan/kebal terhadap rasa sakit. Sekitar
40% individu autistik tidak suka pada suara-suara atau frekuensi
tertentu, sehingga sering tantrum ketika mendengar suara tangisan bayi
atau sepeda motor. Sebaliknya, beberapa anak seperti tampak tuli karena
tidak berespons terhadap berbagai suara.
4. Tentang Autisme :
Gejala-gejala autisme akan tampak makin jelas setelah anak mencapai usia 3 tahun, yaitu berupa:
1. Gangguandalam bidang komunikasi verbal maupun non-verbal:
- terlambat bicara,
- meracau dengan bahasa yang tak dapat dimengerti orang lain,
- kalaupun mulai bisa mengucapkan kata-kata namun ia tak mengerti artinya,
- bicara tidak dipakai untuk komunikasi,
- banyak meniru atau membeo (echolalia),
- beberapa anak sangat pandai menirukan nyanyian, nada maupun kata-katanya, tanpa mengerti artinya,
- bila menginginkan sesuatu ia menarik tangan yang terdekat dan
memperlakukan tangan tersebut sekedar sebagai alat untuk melakukan
sesuatu untuknya.
2. Gangguan dalam bidang interaksi sosial:
- menolak/menghindar untuk bertatap mata,
- tak mau menengok bila dipanggil,
- seringkali menolak untuk dipeluk,
- tak ada usaha untuk melakukan interaksi dengan orang malah lebih asik main sendiri,
- bila didekati untuk diajak main ia malah menjauh.
3. Gangguan dalam bidang perilaku :
- Pada anak autistik terlihat adanya perilaku yang berlebihan (excessive) dan kekurangan (deficient).
- Contoh perilaku yang berlebihan adalah : adanya hiperaktivitas
motorik, seperti tidak bisa diam, lari kesana-sini tak terarah,
melompat-lompat, berputar -putar, memukul-mukul pintu atau meja,
mengulang-ulang suatu gerakan tertentu.
- Contoh perilaku yang
kekurangan adalah : duduk diam bengong dengan tatap mata yang kosong,
bermain secara monoton dan kurang variatif secara berulang-ulang, duduk
diam terpukau terhadap sesuatu hal misalnya bayangan, atau benda yang
berputar.
- Kadang-kadang ada kelekatan/asyik pada benda tertentu,
seperti sepotong tali, kartu, kertas, gambar, gelang karet atau apa saja
yang terus dipegangnya dan dibawa kemana-mana. Perilaku yang
ritualistik sering terjadi.
4. Gangguan dalam bidang perasaan/emosi :
- Tidak ada atau kurangnya rasa empati, misalnya melihat anak menangis
ia tidak merasa kasihan melainkan merasa terganggu dan anak yang sedang
menangis tersebut mungkin didatangi dan dipukul.
- Tertawa-tawa sendiri, menangis atau marah-marah tanpa sebab yang nyata.
- Sering mengamuk tak terkendali (temper tantrum), terutama bila tidak
mendapatkan apa yangdiinginkan, bahkan bisa menjadi agresif dan
destruktif.
5. Gangguan dalam persepsi sensoris :
- Mencium-cium, menggigit atau menjilat mainan atau benda apa saja.
- Bila mendengar suara keras langsung menutup telinga.
- Tidak menyukai rabaan atau pelukan.
- Merasa sangat tidak nyaman bila memakai pakaian dari bahan yang kasar.
Gejala-gejala yang digambarkan di atas tidak harus ada semua pada
setiap anak penyandang autisme. Pada seorang anak mungkin hampir semua
gejala di atas ada, tapi pada anak lainnya mungkin hanya terdapat
sebagian saja dari gejala di atas.
5.Tentang AUTISME : Tanda Dan Gejala Autisme
Gejala autisme timbul sebelum anak mencapai usia 3 tahun. Pada sebagian
anak gejala-gejala itu sudah ada sejak lahir. Seorang ibu yang cukup
memperhatikan perkembangan anaknya sudah akan melihat beberapa
keganjilan sebelum anaknya mencapai usia satu tahun. Yang sangat
menonjol adalah tidak adanya atau sangat kurangnya kontak mata. Bayi
tersebut secara aktif menghindari kontak
mata, dengan ibunya sekalipun. Iapun tidak memberikan respons bila
dipanggil namanya atau diajak bergurau oleh ibunya. Namun ia bisa sangat
senang dan tertawa terkekeh-kekeh bila melihat mainan yang berputar
yang digantung diatas tempat tidurnya.
Sebagian kecil dari
penyandang autisme sempat berkembang normal, namun sebelum mencapai umur
3 tahun perkembangannya terhenti, kemudian timbul kemunduran dan mulai
tampak gejala-gejala autisme. Jika ditanyakan dan orangtua mencoba
mengingat-ingat kembali, mungkin dikemukakan adanya faktor pencetus
seperti misalnya sakit berat, punya adik, ditinggal oleh baby
sitter/pengasuhnya, bahkan ada yang gejalanya timbul setelah
mendapatkan imunisasi.
Orangtua umumnya mulai tersadar mengenai
adanya masalah/perbedaan antara anaknya dengan kakaknya atau anak orang
lain, dalam dua tahun pertama usia anak. Tanda dan gejala biasanya mulai
timbul secara bertahap sesuai tahapan perkembangan anak. Mungkin
orangtua sudah menyadari adanya perbedaan/keanehan pada anak mereka
sejak dari lahir, yaitu tidak responsif terhadap orang sekitarnya, serta
mungkin perhatiannya terfokus lama pada sesuatu hal saja. Ada juga
anak-anak yang mulanya berkembang relatif normal, namun kemudian terjadi
regresi (kemunduran) pada usia 18 bulan (1 tahun 6 bulan), dimana
beberapa kemampuan yang tadinya mulai ada (misalnya sudah mulai
berkata-kata sepatah dua patah kata) namun tiba-tiba menghilang, serta
terlihat/menampakkan beberapa ciri/gejala autistik. Regresi ini diyakini
berhubungan dengan jamur Candida albicans, virus, vaksinasi, dan
terjadinya kejang.
Hal klasik yang sering terjadi, yaitu jika
orangtua memperhatikan adanya keanehan/perbedaan pada anak mereka
dibandingkan anak lain, maka ketika mereka menyatakan
keprihatinan/kekuatirannya kepada lingkungannya, maka lingkungan akan
berespons dengan mengemukakan mitos-mitos yang tidak benar seperti
misalnya “anakmu kan laki-laki, jadi bicaranya lambat”, “anakmu kan
jalan/tumbuh gigi lebih dulu, jadi bisa bicaranya belakangan”, “ah lu
terlalu kuatir, si anu juga dulu lambat bicaranya, sekarang cerewet”,
dlsb. Namun orangtua yang sehari-hari bersama dengan anak dan
memperhatikan anak mereka, akan melihat bahwa semakin hari anak mereka
semakin berbeda dengan anak-anak lain sepantaran/seusianya. Oleh karena
itu maka sering terjadilah “shopping” dokter, yaitu orangtua membawa
anak mereka dari satu dokter ke dokter yang lain untuk mendapatkan
diagnosis, sampai akhirnya jika beruntung, mereka bertemu dengan dokter
yang waspada atau menguasai tentang autisme. Malangnya jika mereka tetap
tidak bertemu dengan dokter yang demikian tersebut, ataupun jika
bertemu dengan dokter yang dengan yakin (namun ternyata salah) dan dapat
menyakinkan orangtua bahwa anaknya bukan autisme (tidak autistik) yang
mungkin klop dengan pemikiran/pendapat orangtua yang berada dalam fase
denial (penyangkalan) dalam menerima suatu keadaan/pukulan yang berat
dalam hidup mereka (coping mechanism), maka mereka akan berkeyakinan
(yang ternyata salah) bahwa anak mereka bukanlah autistik.
6. Sebagian
kecil dari penyandang autisme sempat berkembang normal, namun sebelum
mencapai umur 3 tahun perkembangannya terhenti, kemudian timbul
kemunduran dan mulai tampak gejala-gejala autisme. Jika ditanyakan dan
orangtua mencoba mengingat-ingat kembali, mungkin dikemukakan adanya
faktor pencetus seperti misalnya sakit berat, punya adik, ditinggal oleh
baby sitter/pengasuhnya, bahkan ada yang gejalanya timbul setelah mendapatkan imunisasi.
Orangtua umumnya mulai tersadar mengenai adanya masalah/perbedaan
antara anaknya dengan kakaknya atau anak orang lain, dalam dua tahun
pertama usia anak. Tanda dan gejala biasanya mulai timbul secara
bertahap sesuai tahapan perkembangan anak. Mungkin orangtua sudah
menyadari adanya perbedaan/keanehan pada anak mereka sejak dari lahir,
yaitu tidak responsif terhadap orang sekitarnya, serta mungkin
perhatiannya terfokus lama pada sesuatu hal saja. Ada juga anak-anak
yang mulanya berkembang relatif normal, namun kemudian terjadi regresi
(kemunduran) pada usia 18 bulan (1 tahun 6 bulan), dimana beberapa
kemampuan yang tadinya mulai ada (misalnya sudah mulai berkata-kata
sepatah dua patah kata) namun tiba-tiba menghilang, serta
terlihat/menampakkan beberapa ciri/gejala autistik. Regresi ini diyakini
berhubungan dengan jamur Candida albicans, virus, vaksinasi, dan
terjadinya kejang.
7. Gejala
autisme timbul sebelum anak mencapai usia 3 tahun. Pada sebagian anak
gejala-gejala itu sudah ada sejak lahir. Seorang ibu yang cukup
memperhatikan perkembangan anaknya sudah akan melihat beberapa
keganjilan sebelum anaknya mencapai usia satu tahun. Yang sangat
menonjol adalah tidak adanya atau sangat kurangnya kontak mata. Bayi
tersebut secara aktif menghindari kontak mata, dengan ibunya sekalipun.
Iapun tidak memberikan respons bila dipanggil namanya atau diajak
bergurau oleh ibunya. Namun ia bisa sangat senang dan tertawa
terkekeh-kekeh bila melihat mainan yang berputar yang digantung diatas
tempat tidurnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar