Jumat, 10 Oktober 2014

Pendidikan sexual pada penyandang autis

Baru-baru ini saya membaca sebuah berita di salah satu surat kabar Jawa pos. Kamis, 9 Oktober 2014. Pada berita tersebut mengatakan ada seorang remaja Autis telah disodomi oleh seorang pria berusia 41 tahun di Kota Pasuruan. Kejadian tersebut berlangsung pada hari Selasa 7 September pukul 20.00. Singkat cerita pria tersebut mengaku bahwa sudah lama tidak merasakan hubungan suami istri, sehingga akhirnya tega menyodomi remaja autis tersebut. 
Ini adalah salah satu kasus yang sering terjadi di antara sekian anak dan remaja Autis. 
Ada beberapa hal yang membuat kasus ini terjadi di antaranya :
1. Para penyandang autis adalah orang yang kepatuhannya sangat bagus. Karena Pembentukan kepatuhan ini sejak kecil sudah menjadi bekal disaat anak menjalani proses terapi. 
2. Orang tua kurang membekali masa remaja anak di dalam pendidikan seksualnya sejak dini
3. Masyarakat belum memahami dan justru memanfaatkan mereka untuk kepentingan mereka masing-masing. 

Pendidikan seksual kepada para anak berkebutuhan khusus sangatlah penting. Untuk memberikan pembekalan di masa depan mereka, di masa remaja hingga dewasa. Mengingat masyarakat juga beragam. Pembekalan pendidikan seksual harus dimulai sejak dini. Sejak usia 3 tahun sudah harus dibekalkan kepada mereka dan sesuai dengan tingkatan dan perkembangan usia. 

Hal-hal yang perlu kita bekal kan sejak dini adalah : 
1. Pisahkan tempat tidur Anak dengan orang tua. Jangan sekamar. 
2. Saat anak BAB/BAK mulai kenalkan harus di dalam toilet, sesuai dengan jenis kelaminnya. Demikian juga dengan pendampingan anak laki-laki dengan ayahnya dan anak perempuan dengan ibunya. 
3. Boleh cium saat-saat tertentu. Pada saat pagi hari atau saat menjelang tidur. 
4. Persiapkan gambar visualisasi dan perkenalkan sejak dini untuk mimpi basah pada anak laki-laki, untuk anak perempuan kenalkan bikini atau pakaian renang. Itu adalah area yang tidak boleh disentuh oleh orang lain. Kecuali dokter dan itu juga didampingi oleh orang tua. 
5. Pemahaman akan fungsi-fungsi setiap anggota tubuh. (Mulai dari ujung rambut hingga ujung kaki. Tanpa terkecuali pada bagian-bagian vital). Demikian juga dengan labeling nya, kenalkan dan paham kan dengan benar sesuai dengan bahasa kedokteran pada laki-laki PENIS bukan *burung*, atau VAGINA bukan *bebek* pada perempuan. 
6. Beri pemahaman akan rasa malu. Definisinya luas, paham kan yang mudah terlebih dahulu bahwa malu adalah saat telanjang tidak pakai baju keluar kamar mandi atau kamar. Kemudian tingkatkan pemahaman tersebut dengan malu lebih luas, misalnya malu saat teriak di tempat umum, malu saat menggaruk penis atau vagina di tempat umum. 
7. Latih dan visualisasi kan urutan mandi di dalam kamar mandi, mulai dari kegiatan lepas baju, mandi, sampai pakai baju kembali semua dilakukan di kamar mandi. 
8. Berganti pakaian harus di kamar mandi atau di kamar pribadi anak. 
9. Kenalkan dan paham kan anak pada orang yang dikenal, orang terdekat dan orang tidak dikenal. Fungsi dan peran mereka terhadap diri anak. Misalkan orang tua fungsi nya menjaga, mendidik, merawat anak, jadi terhadap orang tua anak harus hormat, taat sesuai firman Tuhan. teman-teman fungsinya bekerja sama dengan anak dalam hubungan sosialisasi, teman untuk bisa saling berbagi. Terhadap teman anak bisa menolak bila teman sedang meminta anak untuk melakukan hal-hal yang negatif, misalnya mencuri, atau memegang payudara teman lain, dan lain sebagainya. Orang tak dikenal, adalah orang sekitar. Ajarkan kepada anak apa yang harus anak lakukan terhadap orang tidak dikenal, ajarkan tentang etika dan cara bersikap. Tetap bekal kan pada anak berteriak untuk keadaan yang tepat. Misal anak dapat perlakuan negatif dari masyarakat, maka anak akan marah dan berteriak, tidak ada salahnya untuk sering-sering berbuat usil pada anak, karena bila kita usil pada anak, anak kita latih apa yang harus dilakukannya. Sehingga bila orang lain memperlakukan demikian, anak sudah tau bagaimana tindakannya. 
10. Bekali anak dengan visualisasi lingkaran sosial. 


Lingkaran pertama nama anak.
Lingkaran ke 2 nama anggota keluarga yaitu ayah, ibu, kakak, adik. anggota keluarga ini boleh mencium pipi anak, memeluk, dimandikan saat sakit, tidur di tempat tidur berama-sama, menyentuh bahu, menggandeng, minta uang, dll. yang tidak boleh dilakukan anak adalah : mencubit pantat, menyentuh alat kelamin sendiri, atau menyentuh payudara
sendiri atau orang lain, menyentuh kepala ayah dan ibu, buang air tanpa menutup pintu kamar mandi, masuk kamar tanpa mengetuk pintu, membentak, dll.
Lingkaran ke 3 adalah anggota keluarga yang terdekat seperti kakek, nenek, sepupu, paman, bibi. Yang boleh dilakukan adalah kepada anak adalah : mencium pipi, memeluk, menggandeng, bersalaman, minta tolong, menyentuh bahu, dll. yng tidak boleh dilakukan oleh anak sama seperti lingkaran ke 2 dan ditambah tidak boleh meminjam uang.
lingkaran ke 4 meliputi teman di sekolah, guru kelas dan trapi, pembantu, tetangga, tukng kebun, dl. Yang boleh dilakukan pada anak adalah bersalaman, menyentuh bahu, menggandeng, minta pertolongan. yang tidak boleh dilakukan anak sama dengan lingkaran ke 2 dan ke 3 ditambah tidak boleh mencium pipi.
Lingkaran terakhir adalah lingkaran yang terluar dan berisi orang-orang tak dikenal atau orang asing. pahamkan pada anak orang asing ini ada 2 kelompok yaitu orang yang jahat dan yang baik. misalnya dokter, polisi, satpam, penjaga toko, dll. yang baik adalah orang yang kita hubungi saat kita membutuhkn pertolongan atau pada saat kita berada dalam bahaya. sedangkan oarng asing yang jahat adalah orang-orang yang tidak dikenalkan pada anak. misalnya orang yang lalu lalang di jalan, anak-anak muda yang bergerombol di luar.  dengan adanya lingkaran sosial ini maka diharapkan kita dapat mengajarkan etika sopan santun baik di rumah maupun di luar rumah kepada anak dan anak dapat memahami secara visual sehingga mempermudah anak dalam mengingat bagaimana seharusnya anak bersikap di masyarakat umum. sebagai catatan tetap sesuaikan dengan kehidupan anak.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar