Autisme dan Penanganannya
Bila ada 3-4 dalam ciri-ciri
perkembangan anak terdapat di dalam ciri-ciri anak Autis maka segeralah
berkonsultasi pada ahlinya. Dokter tumbuh kembang Þ Dokter anak masih beberapa dokter saja
yang mendalaminya, jangan mengabaikan tanda-tanda. Nah di bawa ke dokter untuk
dianogsa awal serta apa saja yang harus orang tua lakukan, apakah membutuhkan
terapi di dalam penanganannya. Apakah anak perlu melakukan tes-tes untuk
mengetahui prosentase keautistikannya. Kadar logam berat di dalam tubuhnya. Apa
perlu dilakukuan diet dll. Syukur-syukur mendapat diagnosis secara dini (2-3
tahun) sehingga untuk tingkat keberhasilannya akan segera tampak bila dilakukan
terapi sedini mungkin karena usia balita, batita, dan baduta dikenal sebagai ”The Golden Periode”.
Jadi bila anak anda di diagnosa sebagai autis, satu-satunya langkah terbaik
adalah menerimanya dengan tulus dan tindakan berikutnya melaksanakan terapi
secepat mungkin.
JANGAN DITUNDA-TUNDA.
Jadi mari kita laksanakan hal-hal sebagai berikut :
- Amati
dengan seksama perilaku buah hati kita sejak dini.
- Bila ada
sedikit saja kecurigaan atas keanehan dalam pola perkembangan mereka
secepatnya konsultasikan ke ahlinya → dokter tumbuh kembang, psikiater.
- Percayakan
penentuan diagnosis pada profesional.
- Bila
didiagnosis sbg autisme, terima dengan bijak.
- Laksanakan
program terapi sedini mungkin.
Jadi andaikata diagnosa sudah diterima persoalan belum terselesaikan
bagaimana dengan pasangan (suami/istri) anda? Bagaimana pula dengan keluarga besar anda? orang
tua anda, atau mertua anda?
Telah siapkah beliau dengan semua ”Vonis” oleh psikiaternya? Dengan
demikian mereka bisa mendukung program terapi yang anda rencanakan secara
terpadu.
Biasanya faktor penerimaan
inilah yang menghambat perkembangan mereka, dari faktor penerimaan akan
berlanjut pada faktor keputusan akan langkah-langkah yang diambil. Namun
biasanya yang terjadi adalah mengulur waktu nanti dulu, nanti dulu....hingga
usia usia semakin bertambah & masalah semakin bertambah pula.
Jadi pada umumnya penerimaan demikian tidak semudah membalik telapak
tangan. Rata-rata banyak menolaknya dengan berbagai bentuk, macam-macam
argumentasi antara lain nanti pasti bisa
dengan sendirinya, tunggu waktu, jangan percaya satu sumber saja, cari sumber
yang lain dll.
Nah, kalau begini yang ada waktu terbuang, uang terbuang, tenaga terbuang
hanya untuk mencari jawaban bahwa diagnosa tersebut salah.
Sebelum kita menginginkan keluarga & anak kita berubah maka kita harus
berubah terlebih dahulu.
Ada 4 perubahan yang perlu kita lakukan :
1.
Merubah Paradigma (mind-set)
Paradigma lama dirubah
menjadi paradigma baru. kalau di paradigma lama : Autisme itu autis tidak bisa
komunikasi sama sekali. Autis itu gila atau kutukan sekarang rubah paradigma
lama menjadi baru bahwa Autis adalah gangguan perkembangan sejak lahir, Autis
bukan gila ataupun kutukan, mereka mampu berkomunikasi, bersosialisasi &
lain-lain untuk secara wajar.
Dengan paradigma baru
orang tua ¹ akan terbebani oleh mitos-mitos yang menyesatkan
tentang autisme. Dan bila kali ini kebetulan salah satu keluarga anda
penyandang Autis, mengapa harus disembunyikan segera lakukan terapi dini,
intensif maka anak Autis bisa jadi seperti anak lain tanpa ada ’bekas’ saat
besar nanti.
2.
Mengubah Keyakinan
Setelah memiliki paradigma baru, kita harus
memiliki keyakinan kuat.
·
Yakin
bahwa Anak Autis memang perlu terapi
·
Yakin
bahwa orang tua punya peran yang menentukan dalam pelaksanaan program terapi.
Orang tua terlibat dalam pelaksanaan terapi, sangat menentukan keberhasilan
terapi anak
Caranya adalah selalu berpikir positif dan
serahkan kepada Tuhan agar kita di mampukan.
3.
Mengubah Tindakan
Tiba saatnya orang tua berbuat nyata. Paradigma
baru, keyakinan baru sudah dimiliki. Sekarang adalah mengubah tindakan.
LAKSANAKAN SEGERA PROGRAM TERAPI ANAK.
Ada 2 tindakan yang harus orang tua tempuh :
·
Menetapkan
lembaga terapi bagi anak. Hak
orang tua menentukan kemana anak akan dipercayakan. Þ Terapi apa diberikan
Þ Kelas yang ideal
Þ Metodenya
Þ Program nya sistematis, terstruktur &
terukur
Þ Apakah Ortu dilibatkan untuk pengembangan
di rumah
·
Tindakan
melaksanakan program terapi di rumah, meneruskan terapi dari centernya.
Þ Bisa minta pelatihan supaya dapat melakukan sendiri di rumah.
Orang tua adalah Terapis terbaik anak, dengan
memiliki keyakinan kuat maka akan lebih memahami bahwa Terapi penting bagi masa
depan anak-anak Autis.
4.
Mengubah Lingkungan
1 Hal yang tidak boleh kita lupakan yakni besarnya
pengaruh lingkungan bagi kita. Paradigma, keyakinan maupun tindakan bias saja berubah lingkungan mengalami
perubahan.
Contoh
: orang surabaya pindah ke jakarta → logat, gaya, hidup, pola pikir ikut
berubah.
Oleh karena itu lingkungan juga sangat penting.
Untuk menjaga konsistensi dalam pelaksanaan terapi perlu dibangun lingkungannya
terlebih dahulu mulai dari keluarga dengan menyamakan visi. Kemudian bila belum
terbangun mulai mencoba bangun lingkungan luar dengan sesama siswa terapi
kemudian secara bertahap kembangkan komunitas dengan orang tua-orang tua lain
dari berbagai lembaga terapi lalu bisa kopdar (kopi darat) atau datang di acara
PSG. Untuk saling bertukar informasi, maupun sharing. Karena lingkungan yang
satu visi akan memiliki energi dahsyat untuk membuat kita tetap setia pada
tujuan akhir.
Perubahan-perubahan kita baik paradigma, keyakinan, tindakan, lingkungan
akan membawa perubahan terhadap keluarga tentunya juga pada anak-anak spesial
kita. Tentumya perubahan disini adalah perubahan yang positif dalam mendidik
anak spesial. Tentunya juga diserahkan pada TUHAN, dan selalu yakin bahwa
rencana TUHAN indah pada waktunya.
Kemudian bila semua telah siap maka mulailah menjalani terapi-terapi.
Apa dan bagaimana terapi-terapi tersebut?
1.
TERAPI BIOMEDIK
Terapi ini menggunakan
bantuan obat-obatan untuk mengontrol gejala autisme. Di dalam terapi biomedis,
yaitu memperbaiki metabolisme tubuh anak. Untuk menjalankan terapi biomedis
terlebih dahulu anak menjalani tes diagnostik di laboraturium khusus yang ada
di Amerika. Caranya dengan mengirim contoh rambut, feses, darah & urine.
Tujuan di pemeriksaan :
·
Untuk
feses tujuan mengungkap adanya jamur, bakteri, gangguan pencernaan, serta
keadaan dinding ususnya.
·
Pemeriksaan
urine bertujuan mengukur banyaknya peptida di dalam urine. Peptida berasal dari
casein (protein dari susu sapi & domba) & gluten (protein dari
gandum-ganduman)
·
Pemeriksaan
darah dilakukan lengkap yaitu fungsi hati, ginjal, alergi makanan, sistem
kekebalan tubuh, dan juga logam beratdi dalam darah.
·
Pemeriksaan
rambut bertujuan mengtahui kandungan berbagai macam mineral & logam dalam
tubuh.
Biasanya hasil tes lab diketahui dalam waktu 1
bulan. Kasil tes inilah yang akan dianalisis dokter di Indonesia. Selanjutnya,
berdasarkan hasil tes, dokter akan memendu penerapan terapi biomedis tahap demi
tahap.
Hal yang harus diperhatikan adalah jangan
sembarangan memberi terapi obat-obatan pada anak-anak autis. Jadi harus
dipahami benar obat " food suplement dan sesuaikan dengan
kebutuhan anak. Ini karena obat dan food suplement terbuat dari zat kimia.
Pemakaian yang tidak tepat, selain tidak efisien juga brebahaya bagi tubuh.
Dari terapi Biomedik ini maka akan di cobakan pada anak & dilaksanakan
dengan cermat baik dalam Diet CFGFSF, pemberian food suplement maupun obat yang
diresepkan dokter.
Tahap
demi tahap dilakukan mulai dari Diet CFGFSF (casein free), (gluten free),
(sugar free). Anak Autis di duga mengalami kelebihan OPLOID dalam tubuhnya. Oploid berkumpul di otak, bereaksi
&berfungsi seperti morfin (Gluteo morphin & Caseo morphin) sehinnga
mengacaukan otak anak. Anak tidak bisa diam, Hiperaktif. Susah tidur, gerak
susah dikontrol, suka marah berlebih / tettawa berlebih.
(next akan dibahas sendiri mengenai DIET
& mengapa harus diet). Food diary, Alergi, dll.
2.
TERAPI OKUPASI
Terapi yang berguna untuk
melatih otot-otot halus anak. Menurut penelitian, hampir semua kasus anak
Autistik mempunyai keterlambatan dalam perkembangan motorik halus. Mereka
kesulitan untuk memegang sendok, dan menyuap makanan ke mulutnya. Sulit membuat
dari plastisin. Dengan terapi ini anak akan dilatih untuk membuat semau otot
dalam tubuhnya berfungsi tepat.
Jadi aktifitas di dalamnya
seperti menyulam, mencocok, mewarna, meronce, belajar memegang sendok, memakai
baju & celana sendiri, mengancingkan baju, melipat baju, dll. Diharapkan
dalam beberapa kali latihan dan dilakukan terus menerus mak targetnya adalah
anak mampu melakukan sendiri tanpa bantuan.
3.
TERAPI SENSORI INTEGRASI
SI yaitu kemampuan untuk mengolah &
mengartikan seluruh rangsang sensori yang
diterima dari tubuh maupun lingkungan, dan
kemudian menghasilkan respon yang terarah. Terapi ini di berikan untuk anak
yang terlalu kuat / lemah pada fungsi sensori.
misalnya
: Anak takut ketinggian
(dingklik 5 cm tingginya sudah takut)
VS
Anak tidak takut ketinggian
(rumah bertingkat 3 anak tidak takut)
contoh lain tentang kepekaan di sensori
·
Anak
tidak suka di sentuh / di peluk
·
Anak
tidak suka mendengar suara blender
·
Anak
tidak suka di tengah keramaian
·
Anak
tidak suka basah (basah sedikit minta ganti baju)
·
Anak
tidak suka label ? logo di belakang baju
·
Anak
tidak suka bermain pasir
Terapi sensori ini diberikan jika anak mengalami
masalah dengan daya sensorik karena alat-alat indera, serabut saraf, dan
jaringan sarafnya mengalami gangguan sehingga penyampain informasi ke otak tidak sempurna. Selain itu
untuk memberi stimulus (rangsangan), vestibuler (keseimbangan), proprioseptif
(gerak, tekan, & posisi sendi otot), taktil (raba), auditori (pendengaran)
dan visual (penglihatan). Terapi ini di berikan sesuai kebutuhan individual
anak dalam terapi di usahakan anak memberi reaksi yang baik dalam terhadap
stimulus. Sedikit demi sedikit anak
diberi aktivitas yang lebih sulit agar dapat mengembangkan proses pengolahan
informasi sensorik lebih baik.
4.
TERAPI BERMAIN
Bermain merupakan kegiatan spontan anak.
Oleh karena itu, bermain memberi peluang berkembang tanpa aturan ketat.
Jadi terapi ini di berikan untuk kesenangan yang
ditimbulkan tanpa mempertimbangkan hasil akhir. Dengan bermain dapat mencapai perkembangan fisik, intelektual, emosi dan
sosial. Selian itu juga dapt melatih kekuatan, keseimbangan & melatih
motoriknya. Diharapkan dalam terapi bermain ini spontanitas anak bisa muncul
dalam bentuk peilaku & komunikasi, Verbal maupun non verbal.
Menimbulkan rasa ingin tahu, keinginan untuk
bergabung dalam kelompok, dll.
Contoh
macam-macam terapi bermain :
Berjalan pada seuntas tali, lempar
tangkap bola, bermain puzzle, balok, lego, dll.
5.
TERAPI WICARA
Hampir semua anak dengan Autisme mempunyai
kesulitan dalam bicara & berbahas. Bicar bisa berkembang, namun tidak mampu
untuk memakai kemampuan bicaranya untuk berkomunikasi / berinteraksi dengan
orang lain. untuk mendapatkan hasil yang optimal lebih dilakukan bersama-sama
dengan metode ABA (Applied Behavior Analysis) / metode Lovaas sebagai dasar
bagi materi yang akan di berikan.
Di dalam Terapi Wicara
diajarkan :
Artikulasi, latihan motorik oral untuk menunjang
motorik organ bicara. Bahasa (phonology / phonasi, semantic-kata, syntax
(kalimat + tata bahasa), dll). Pendengaran (apakah membutuhkan alat bantu),
Suara (mengajarkan nada, intensitas, ketukan, keras lembutnya suara, dll)
Untuk ABA → lebih condong ke arah komunikasi dan
spontanitas ke struktur bagaiman cara berkomunikasi.
6.
TERAPI MUSIK
Terapi musik menurut American Music
Therapy Association 2002) adalah terapi yang menggunakan musik yang bersifat
terapiotik guna meningkatkan fungsi perilaku, sosial, psikologis, komunikasi,
fisik, sensorik motorik & kognitif.
Dengan musik maka akan memancing &
mempertahankan atensi / perhatian dan juga dapat merangsang serta memanfaatkan
bagian–bagian otak, merupakan sarana pengingat yang efektif, membuka jalan pada
memori & emosi. Bagi anak Autis musik ini penting untuk meningkatkan
kesadaran akan dirinya, memusatkan perhatian, mengurangi perilaku yang negatif
yang tidak diharapkan, membuka komunikasi, dll.
Terapi musik ini dilakukan dengan mengajak
anak secara rutin meluangkan waktunya dan memperkenalkan pada anak
bermacam-macam, alat musik. Bisa dengan mendengarkan musik-musik tertentu dalam
latihan emosi → mozzart (untuk relaksasi), chophin (untuk memulai aktifitas),
lagu anak-anak (saat bermain), suara kicauan burung, suara tari kecak, suara
gamelan, suara musik sunda, dll.
7.
TERAPI PENDEKATAN
Pendekatan
Floor time, Son-Rise, RDI (Relationship Developmental Intervention).
Floor time →
dilakukan oleh orang tua untuk membantu melakuakn interaksi & kemampuan
bicara .
Contohnya saat anak sedang stimulasi
mengepak-ngepakkan tangan orang tua
coba
mengikuti gerakannya lalu kemudian langkah selanjutnya orang tua
membuat
gerakan supaya diikuti anak. bisa juga dengan kata &bahasa dalam
permaianan.
Son-rise &RDI adalah pendekatan terapi untuk
mempelajari minat anak, kekuatannya & tingkat perkembangannya, kemudian
ditingkatkan kemamapuan sosial, emosional dan intelektual.
Terapi perkembangan berbeda dengan terapi perilaku
seperti ABA yang lebih mengajarkan keterampilan yang lebih spesifik yaitu
meliputi konsep dasar sebelum komunikasi yaitu kepatuhan, kontak mata,
pemahaman hingga komunikasi 2 arah.
8.
BRAIN GYM (SENAM OTAK)
Senam Otak (Brain Gym) ditemukan oelh Paul E.
Dennison dan istrinya Gail E. Dennison
sebagai bagian dari Educational Kinesiology yang berarti
menarik keluar potensi yang terpendam melalui gerakan tubuh.
Metode ini diciptakan untuk menolong para pelajar
agar dapat memanfaatkan seluruh potensi belajar alamiah yang terpendam melalui
gerakan tubuh dan sentuhan. Gerakan-gerakan dalam senam otak bisa membantu
mengkoordinasikan tubuh dan otak, juga membantu memudahkan kegiatan belajar dan
mengatasi gangguan-gangguan belajar pada anak. Dengan bergerak membuka
bagian-bagian otak yang sebelimnya tertutup atau terhambat sehingga seluruh
kegiatana belajar dan bekerja berlangsung dengan menggunakan seluruh otak.
Senam Otak merupakan aktivitas yang sederhana
dengan manfaat yang luar biasa. Senam Otak
baik untuk anak-anak, dewasa dan lanjut usia karena dapat mengurangi
resiko Stroke dan kepikunan. Senam otak ini diakui sebagai salah satu tehnik
belajar terbaik versi ”National Learning Foundation USA” dan praktiknya telah
menyebar ke seluruh dunia. Sebelum melakukan kegiatan belajar atau bekerja maka
di beberapa negara maju melakukan kegiatan Brain Gym ini untuk menunjang
aktifitas mereka. Bagaimana dengan Indonesia? Sudah mulai dikenal di kota2
terbesar seperti Menado, Jakarta,
Surabaya, dan beberapa kota yang lain.
Senam otak dapat mengoptimalkan :
·
fungsi
kinerja panca-indera (mata juling, gerakan tubuh teratur antara kanan dan kiri,
mengatur napas, mendengar jauh dekat/kepekaan telinga, merasakan saat sakit
(tersandung, sakit tubuh, dll)
·
menjaga
kelenturan dan keseimbangan tubuh,
·
meningkatkan
daya ingat,
·
meningkatkan
ketajaman pendengaran dan penglihatan,
·
mengurangi
kesalahan membaca atau menulis terbalik-balik,
·
melatih
memori
Tujuan yang lain dari senam Otak ini adalah :
·
Dapat
belajar dengan nyaman tanpa stress, rileks dan tenang
·
Meningkatkan
kepercayaan diri anak
·
Lebih
berkonsentrasi
·
Prestasi
belajar meningkat
·
Kemampuan
bahasa dan daya ingat meningkat
·
Mengontrol
emosi
·
Waktu
yang dibutuhkan singkat (7-10 menit), sehingga tidak akan mengganggu proses
belajar
Senam Otak ini sekarang jugan sdh banyak digunakan
untuk terapi beberapa gangguan pada anak-anak berkebutuhan khusus seperti :
·
Hiperaktif,
·
Gangguan
emosional,
·
Lambat
Belajar,
·
Autisme,
·
Down
Syndrom,
·
Cerebal
Palsy,
Dari Brain Gym ini akan diaktifkan 3 dimensi Otak
meliputi Otak Atas-Bawah, Kiri-Kanan, Depan-Belakang sehingga anak mampu dan
siap belajar dengan baik.
9.
TERAPI ABA (APPLIED BEHAVIOR ANALYSIS) /
METODE LOVAAS
ABA (Applied Behavior Analysis) yaitu
suatu ilmu perilaku terapan untuk mengajarkan dan melatih seseorang agar
menguasai berbagai kemampuan yang sesuai dengan standar yang ada di masyarakat.
Dasar-dasar ABA sudah dikembangkan sejak mulai 1 abad yang lalu, dan
melalui berbagai penelitian yang luas dan banyak sekali.
ABA untuk penyandang autisme pertama kali
diterapkan oleh Prof. Ivaar Lovaas (meninggal dunia pada 2 Agustus 2010 dalam
usia 83 tahun) di UCLA (University of California, Los Angeles) pada tahun 1962.
Kemudian beliau mempublikasikan hasilnya
pada tahun 1967 dan berbagai publikasi penelitian-penelitian lainnya pada tahun-tahun
berikutnya. Publikasi monumental ini menyebabkan ABA dikenal juga sebagai
Metode Lovaas.
Sejak itu sampai sekarang, tehnik-tehnik
maupun kurikulum ABA untuk penyandang autisme sudah sangat dikembangkan oleh
para ahli maupun praktisi ABA, dengan melalui berbagai penelitian dan
penerapan, sehingga membuahkan hasil yang menakjubkan dalam terapi autisme.
Kelebihan ABA untuk penyandang autisme
antara lain (tapi tidak terbatas pada ini saja), yaitu kurikulum yang
sistematik, terstruktur dan terukur.
·
Sistematik yaitu terapi dimulai dari tingkat
kemampuan anak saat assessment (penilaian/pemeriksaan) dibuat, dan apakah
prasyarat untuk mengajarkan/melatih aktivitas/program/kurikulum bersangkutan
sudah dikuasai oleh anak, bila belum maka diajarkan/dilatih terlebih dahulu
prasyaratnya.
Kemudian, setelah suatu aktivitas
dikuasai, dilanjutkan dengan aktivitas berikutnya yang sudah jelas
urutan-urutan/tahapannya sampai program/kurikulum berakhir/selesai yaitu anak
masuk ke dalam mainstreaming (yaitu anak masuk sekolah reguler, berkembang
seperti anak lain sepantarannya, dan kemudian bisa hidup mandiri di
masyarakat).
·
Terstruktur, yaitu dalam mengajarkan/melatih
suatu aktivitas/program/kurikulum, digunakan berbagai teknik terapan (misalnya
DTT, DT, EO, dlsb) yang telah diteliti dan dikembangkan oleh para ahli dan
praktisi ABA.
·
Terukur, yaitu digunakan lembar penilaian
sehingga kita semua bisa dengan yakin mengatakan bahwa seorang anak telah
bisa/menguasai suatu aktivitas/program/kurikulum ataukah belum.
Pada berbagai penelitian, didapatkan bahwa
anak-anak autistik yang diterapi dengan ABA mengalami kemajuan yang pesat dan
signifikan dalam hal IQ, bahasa, kemampuan akademik, dan perilaku adaptif
maupun perilaku sosialnya.
Bahkan pada suatu penelitian, beberapa
anak “Autistik” yang telah diterapi dengan ABA, dicampur (diikut sertakan)
dengan anak-anak yang lain yang tidak pernah mengalami gangguan perkembangan
apapun, kemudian dilakukan tes oleh para ahli.
Ternyata anak-anak “AUTISTIK” yang telah
diterapi dengan ABA tersebut tidak dapat dibedakan dengan anak-anak lainnya
yang tidak pernah mengalami gangguan perkembangan apapun dalam hal IQ, bahasa,
kemampuan akademik, dan perilaku adaptif maupun perilaku sosialnya.
Di Indonesia, banyak
orang-orang/terapis-terapis dan tempat-tempat terapi yang mengatakan
menggunakan ABA, namun ternyata bukan ABA sebenarnya atau bisa dikatakan
sebagai ABA-ABA-an, ataupun ternyata banyak salahnya. Sehingga ada orang-orang
yang mengemukakan bahwa ABA tidak berhasil, padahal mereka merujuk pada
orang-orang/terapis-terapis atau tempat-tempat terapi yang demikian itu,
sehingga sepatutnyalah bahwa kesalahan itu tidak ditudingkan kepada ABA.
Sampai saat ini Belum ada metode lain
yang sangat terstruktur dan mudah diukur hasilnya, sebagaimana metode ABA.
Selain untuk penyandang autis, metode ABA yang tegas dan tanpa kekerasan ini
sangat baik bila diterapkan kepada anak-anak dengan kelainan perilaku yang lain
(Hiperaktif, Hipoaktif, dll) bahkan anak normal.
70% penyandang AUTIS itu RM, namun setelah
ditangani dengan ABA kok melonjak tingkat kemampuannya. Dr tdnya 50, 60, 70....
meloncat mnjadi 120, 125. IQ tidak bisa meloncat mungkin naik turun
sj..misalnya orang normal IQnya 120 besok di test maka bs mnjadi 115 atau 125
tidak bs dr 120 mnjadi 150, kecuali hr ini sdg sakit dan berpikir sj susah,
maka kemungkinan itu ada, nah ini sama dg Anak Autistiknya hanya wktu sblm
ditangani ABA tidak terukur IQ-nya. Karena pemeriksaan IQ harus anak bisa
komunikasi. Dia mengerti instruksi dan bisa berespon.
Prinsip
dasar metode ABA :
·
KEHANGATAN yang berdasarkan kasih sayang yang
tulus, untuk menjaga kontak mata yang lama dan konsisten
·
TEGAS (Tidak dapat ditawar-tawar anak)
·
TANPA KEKERASAN dan TANPA MARAH/JENGKEL atau
KASIHAN pada anak
·
PROMPT (bantuan, arahan) secara TEGAS tapi
LEMBUT
·
APRESIASI anak dengan IMBALAN yang EFEKTIF,
sebagai motivasi agar selalu bersemangat
Yang Dibutuhkan dalam Terapi ABA :
1. Ruangan Terapi
Ruangan terapi one-on-one
2 x 2 m2 – 3 x 3 m2. Tidak terlalu sempit dan juga tidak terlalu luas. Sehingga
anak tetap dalam kontrol Terapis. Penerangan harus mencukupi, suhu ruangan
harus sejuk, Dinding dan jendela harus bebas distraksi. Jendelapun juga harus
tertutup.
2. Meja dan kursi
Disesuaikan dengan tinggi anak. Kursi terapis
lebih pendek dari kursi anak. Diakrenakan tinggi mata terapis sebaiknya sejajar
dengan kedua mata anak. Bila anak masih belum patuh meja bisa dipakai yang
setengah lingkaran. Sehingga alternatif keluar dari kursi masih bisa di
kontrol.
3. Media Alat Peraga
Berupa Kartu Alat Peraga untuk menunjang pemahaman
dalam bentuk visualisasi. Dalam benda, buah, binatang, profesi, lawan kata,
dll. Kemudian diberikan pemahaman instruksi dan divisualkan lewat kartu.
4. CCTV
Sudah tersedia di tiap-tiap kelas..untuk
memudahkan orang tua dalam belajarnya. Karena bila anak seringkali dilihat maka
anak mudah terdistraksi. Juga untuk mengontrol kesalahan terapis di dalam
menerapi anak. Sehingga instruksi dan penanganannya tepat.
5. Lembar Penilaian dan Prosentase
Untuk mengukur tingkat kemampuan dan keberhasilan
anak dari awal terapi hingga proses berjalannya terapi berlangsung. Pencatatan
hasil harus selalu diberikan dalam proses terapi. Sehingga benar2 terukur dan
bila anak sudah dianggap menguasai maka lembar penilaian ini sebagai bukti
otentik kepada diri sendiri dan orang
tua.
6. Buku Komunikasi
Sebagai buku laporan harian atas masalah dan
perilaku anak selama proses terapi berlangsung.
Apakah anak sedang dalam keadaan baik saat
belajar, atau marah, atau tertawa, dll. Dan pada saat perilaku muncul analisa
penyebabnya dan saat program apa diberikan. Kemudian Solusi apa dari
terapisnya.
Misalkan :
Masalah : * ”A” marah saat
terapi Matching (menyamakan) dengan memukul-mukul kepala lalu menggigit tangan
Solusi : * Assisten Terapis
memegang tangan anak dan membantu anak dalam merespon dan terapis tetap memberi
instruksi.
7. Terapis dan Assiten
1 orang Terapis dan 1 orang assisten terapis untuk
1 anak. Terapis di depan anak memberi instruksi sesuai Program dan Assisten
Membantu anak dalam merespon instruksi serta mengontrol kondisi anak bila anak
sudah mulai menunjukkan perilaku keautistikannya seperti Flapping, Stimming,
dll. Tugas terapis :
· Mengontrol Anak dan Assisten terapis,
· Menguasai kelas
· Memberi Reward saat anak berhasil
melakukan instruksi
8. Program Anak
Disesuaikan dengan kemampuan anak. Apakah ikut
dalam Program Awal, Menengah, Ataupun Lanjutan.
Pemberian Program berdasarkan Observasi awal
sampai dimana kemampuan yang dimiliki anak.
Di dalam Program dan Kurikulum ABA melingkupi :
1. Kemampuan mengikuti Pelajaran (Kontak mata
dan Kepatuhan - duduk dan berdiri atas instruksi)
2. Kemampuan Menirukan (Imitasi)
3. Kemampuan Bahasa Reseptif (Kognitif)
4. Kemampuan Bahasa Ekspresif
5. Kemampuan Pre-Akademik
6. Kemampuan Akademik
7. Kemampuan Bina Diri
8. Kemampuan Bahasa Abstrak
9. Kemampuan Bersosialisasi
Setelah anak menjalani program dari kurikulum ABA
ini maka terapis sudah bisa merekomendasikan ke orang tua apakah anak sudah
bisa disekolahkan reguler atau belum, ataukah sudah mulai dicobakan untuk
sosialisasi dan lain-lain.
Pelaksanaan Terapi ABA ini membutuhkan waktu yang
banyak dan harus konsisten serta berulang-ulang yaitu 1 hari butuh minimal 8
jam terapi ABA ini dengan berbeda waktu, berbeda terapis, berbeda suara tetapi
program yang sama...Dibutuhkan kerjasama yang baik antara orang tua dan terapis
bila ada team yang lain maka diharapkan orang tua menjadi manajer terapi anak
sehingga berjalannya Terapi ABA ini kembali terstruktur. Pengembangan pada generalisasi program terapi
harus semua menjalankan. Eliminasi terlebih dahulu orang2 yang merusak program
terapinya misalnya bila ada kakek/neneknya memberi makanan saat anak Diet, atau
memarahi orang tua/terapis karena mendisiplinkan anak sehingga anak mulai tidak
patuh, dll. Berarti jauhkan dari Jangkauan KAKEK dan NENEKnya. J untuk sementara waktu sampai anak sudah mulai
memahami instruksi, bahasa dan perilaku dirinya sendiri dan orang lain.
www.riskatimot.blogspot.com
TERIMA KASIH
J TUHAN MEMBERKATI J
saya juga akan memulai sekolah anak berkebutuhan khusus tapi saya ngenul banget, boleh minta kontaknya?? saya jesy, 085266544075
BalasHapus